SOLOPOS.COM - Seorang pengrajin rotan mengecat kursi rotan di sentra industri rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Selasa (25/4/2017). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO – Ratusan produk kerajinan rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, tersimpan di gudang alias ngendon akibat kelangkaan kontainer kosong yang terjadi sejak akhir 2020.

Kondisi ini berimplikasi pada keterlambatan pembayaran buyer yang menganggu proses poduksi kerajinan rotan di masa pandemi Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mayoritas order kerajinan rotan di Gatak, Sukoharjo, berasal dari luar negeri seperti Singapura, Italia, Belanda hingga Argentina. Biasanya, setiap buyer memesan kerajinan rotan dalam jumlah besar. Mereka merupakan pelanggan karena telah berulangkali memesan produk kerajinan rotan.

Baca juga: Apes! Pedagang Di Sukoharjo Ini Sedang Menggoreng Bakwan Saat Warung Tertabrak Truk

Order Rotan Sukoharjo

Bisnis kerajinan rotan mulai kembali menggeliat saat masa adaptasi kenormalan baru pada pertengah 2020. Pemerintah kembali membuka keran aktivitas usaha dan bisnis demi pemulihan ekonomi di tengah gerusan pandemi Covid-19. Para buyer yang berasal dari luar negeri kembali order kerajinan rotan seperti meja, kursi dan lemari.

Kini, persoalan lain dihadapi para pengrajin rotan di Gatak, Sukoharjo, lantaran kesulitan mengirim produk yang dipesan buyer.

“Sudah tiga bulan, produk kerajinan rotan hanya disimpan di gudang. Kami tak bisa mengirim produk ke luar negeri karena kesulitan mencari kontainer atau peti kemas,” kata seorang pengrajin kerajinan rotan, Suparji, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (30/1/2021)

Apabila produk kerajinan rotan yang dipesan buyer urung dikirim otomatis pembayaran juga terlambat. Padahal, para pengrajin rotan membutuhkan uang untuk membiayai operasional seperti membayar upah karyawan dan membeli bahan baku.

Baca juga: Bocah 13 Tahun Asal Klaten Kemudikan Mobil Lalu Tabrak 6 Pemotor di Lampu Merah, Begini Kronologinya

SDM Sulit

Saat ini, para pengrajin rotan memilih menunda order buyer dari luar negeri sebelum pemerintah mampu mengatasi persoalan kekurangan kontainer dan keterbatasan ruang atau space di kapal.

“Sebenarnya order dari luar negeri terus mengalir sejak akhir 2020. Namun, kami tak bisa menyanggupi pesanan buyer karena tak bisa mengirim produk kerajinan rotan ke luar negeri,” ujar Suparji.

Pengurus klaster kerajinan rotan Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, ini menyampaikan kendala lainnya yakni pengembangan industri rotan adalah sulitnya mencari sumber daya manusia (SDM). Tak semua kalangan pemuda mau belajar dan meneruskan keahlian orang tuanya dalam membuat kerajinan rotan.

Baca juga: Baju “Berjendela” Bupati Sragen Saat Divaksin Bikin Gubernur Ganjar Penasaran

Selain kontainer, para pengrajin rotan juga kesulitan mencari bahan baku yang dipasok dari Sulawesi dan Kalimantan. Biasanya, para pengrajin membeli bahan baku rotan di terminal bahan baku rotan di Surabaya, Jawa Timur.

“Informasi yang saya dapat, para petani di Sulawesi memilih memanen kakao yang harganya jauh lebih mahal dibanding rotan. Para pengrajin rotan serba kesulitan dalam memproduksi rotan,” timpal pengrajin rotan lainnya, Ningsih.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya