Solopos.com, PEMALANG — Di jaman modern ini, dalam setiap perayaan Hari Raya Idul Fitiri, masyarakat lebih cenderung menyuguhkan kue-kue ‘impor,’ sebut saja kastangel, nastar, lapis legit dan kue-kue lain yang merupakan peninggalan kolonial
Di Pemalang, terdapat kue lokal yang dulu sering disajikan saat perayaan Idul Fitri. Kue Amprut atau dikenal juga sebagai kue sagon dulunya kerap beredar dan menghiasi sajian di setiap perayaan Lebaran.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Melansir dari situs Okezone.com, Rabu (12/5/2021), Kue Amprut ini biasanya dimakan sebelum sungkeman kepada orangtua. Secara filosofi memakan Kue Amprut sebelum sungkem itu tanda keseriusan untuk meminta maaf.
Baca Juga : Ganjar Minta Pengelola Wisata Batasi Pengunjung 30%
Teknisnya, memakan Kue Amprut memerlukan keseriusan agar tidak tersedak. Sama halnya saat sungkeman untuk minta maaf harus serius seperti makan Kue Amprut. Tidak boleh main-main, harus fokus dan penuh sopan santun.
Namun kini hanya sedikit warga yang masih menyuguhkan Kue Amprut saat Lebaran. Cara membuatnya yang membutuhkan waktu lama dan agak sulit secara teknis membuat panganan ini mulai ditinggalkan.
Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube Resep Mamah Nizar, untuk membuat Kue Amprut ini dibutuhkan 3 bahan utama saja, yaitu 500 gram tepung ketan, 1 butir kelapa yang sudah diparut dan 250 gram gula pasir serta cetakan berbentuk persegi panjang untuk nanti dimasukan dalam panggangan
Baca Juga : Alhamdulillah, 1.159 Perusahaan di Jateng Telah Bayar THR
Secara teknis, cara membuatnya tidak begitu susah, tepung ketan dan kelapa parut disangrai hingga kering dan ringan. Proses sangrai ini dilakukan sendiri-sendiri, tidak dengan dicampur. Setelah kering, sisihkan tepung ketan dan parutan kelapa.
Proses sangrai ini membutuhkan waktu 1-1,5 jam untuk mendapatkan tekstur ringan dan kering dari tepung ketan dan kelapa parut. Proses inilah yang membuat orang enggan untuk membuat Kue Amprut, karena proses pembuatannya cukup lama
Kemudian masukan gula dalam wadah parutan kelapa yang sudah disangrai dan aduk hingga tercampur rata. Setelah itu campurkan tepung ketan yang sudah disangrai dan aduk hingga tercampur rata.
Baca Juga : Sedapnya Lontong Dekem Pemalang, 1 Piring Pasti Kurang
Setelah itu, masukan adonan dalam cetakan kue yang sudah dibersihkan sebelumnya, tekan-tekan sampai adonan merata dalam cetakan, lalu panggang dalam oven panas selama 15 menit. Tektur dari kue ini renyah dan berwarna putih karena tekstur adonannya memang kering dari awal.
Salah satu yang masih melestarikan Kue Amprut ini adalah Titi Faryanti, pemilik dari sebuah toko cemilan khas Pemalang yang berlokasi di Perumahan Sugihwaras Indah No. 61 Pemalang. Pelanggannya yang kebanyakan dari luar kota banyak yang mencari Kue Amprut ini.
Kue Amprut ini dijual Rp20.000 per toples dengan berat seperempat kilogram. Karena teksturnya kering sehingga panganan ini bisa bertahan hingga 6 bulan. Rasa dari kue ini dominan gurih dan manis. Rasa gurihnya berasal dari parutan kelapa