SOLOPOS.COM - Tiwul Lava Merapi (Sumber: Beritamagelang.id)

Solopos.com, MAGELANG — Tiwul adalah makanan olahan dari tepung gaplek yang menjadi makanan khas masyarakat pedesaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Makanan ini biasanya dijadikan pengganti beras sebagai makanan pokok masyarakat pedesaan. Namun di Kabupaten Magelang, tiwul diolah menjadi terlihat seperti hidangan bintang lima.

Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (15/10/2021), tepatnya di seputaran Candi Borobudur, di Desa Bumen, pasangan suami istri Mura Aristina dan Linda Purwaningsih membuat sajian tiwul dengan penampilan kekinian, yaitu tiwul lava.

Promosi BRI Microfinance Outlook 2024 Hadirkan Direktur ADB hingga Peneliti Harvard

Pasangan suami istri ini menyajikan tiwul yang bentuknya seperti gunung dan dibagian tengahnya dilubangi dan diberi saus gula merah atau dalam Bahasa Jawa disebut juruh. Juruh inilah yang dianggap sebagai lava karena berwarna merah pekat seperti lahar dari gunung berapi yang erupsi.

Baca Juga: Wisata Lembah Nirwana, Terasa Seperti di Surga

Pasanganan mengatakan bahwa inspirasi membuat tiwul lava ini terinispirasi dari Gunung Merapi yang mengeluarkan lahar saat erupsi. Karena itulah nama ’Merapi’ diberikan sehingga nama makanannya menjadi Tiwul Lava Merapi.

Ide membuat panganan ini muncul sejak tahun lalu saat pandemi Covid-19 berimbas pada pelaku pariwisata di Candi Borobudur. Mura juga menjadi salah satu yang terdampak namun Mura dan istrinya tidak selamanya merenungi nasib, mereka mencoba untuk mencari ide-ide baru supaya tetap bertahan. Hingga akhirnya munculah ide tiwul yang dibuat unik. Pemilihan tiwul ini dikarenakan di kampung halaman sang istri, yaitu di Gunung Kidul, DIY, yang mana menjadi makanan sehari-hari warga.

Tantangan terbesar bagi Mura dan Linda membuat panganan tiwul unik ini adalah saat mengolah singkong menjadi tepung karena harus dipisahkan antara tepung yang keras dan yang lembut, Tepung yang keras dibuang sedangkan yang lembut digunakan untuk diolah menjadi tiwul lava Merapi. Untuk memasaknya tidak membutuhkan waktu lama karena hanya butuh 10 menit saja.

Baca Juga: Gobyos! Cuaca Panas Ekstrem Melanda Jateng & Jogja

Meskipun yang disorot adalah Tiwul Lava dengan isi juruh, varian rasa lain juga tersedia, seperti coklat keju dan ada juga yang dicampur dengan pisang. Harganya sangat terjangkau, tiwul dengan rasa juruh dijual dengan harga Rp15.000, coklat keju dengan harga Rp17.000, coklat Rp15.000 dan keju Rp15.000. Sedangkan yang dicampur pisang dihargai Rp20.000

Linda mengatakan bahwa dalam sehari bisa menjual tiwul kreasi baru ini sebanyak 20 bungkus dan bungkusnya berupa keraton atau besek. Tiwul lava Merapi ini juga dijual di toko oleh-oleh dan juga dijual daring melalui media sosial.

Dilkutip dari Wikipedia, tiwul adalah makanan pokok pengganti nasi yang terbuat dari ketela pohon atau singkong. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah dari beras namun kandungan di dalamnya cukup untuk memenuhi asupan sehari-hari.

Baca Juga: Gawat! Demak Diperkirakan Tenggelam 20 Tahun Lagi

Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok sebagian penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang dan sekarang tiwul dibuat jadi tiwul instan, atau tanpa digeprek. Namun masyarakat pedesaan lebih memilih yang organik karena memiliki cita rasa yang berbeda.

Sementara itu,  di Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap dikenal penganan serupa yang disebut oyek. Meskipun sama-sama berasal dari gaplek, kedua jenis makanan ini berbeda dalam proses pembuatannya, sehingga rasanya pun sedikit berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya