SOLOPOS.COM - Ilustrasi lahan pertanian. (Solopos-Rudi Hartono)

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, menanam padi rajalele varietas asli dari Klaten, yakni Rajalele Srinuk sejak Selasa (17/8/2021). Diharapkan, tanaman padi rajalele yang ditanam kali ini sudah dapat dipanen November 2021.

Kepala Desa (Kades) Demakijo, Ery Karyatno, mengatakan lahan pertanian yang disiapkan menanam tanaman padi rajalele varietas Srinuk seluas 4,5 hektare. Hingga sekarang, penanaman tanaman padi rajalele unggulan Klaten itu masih berlangsung.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sesuai rencana, penanaman padi seluas 4,5 hektare membutuhkan waktu dua pekan. Menurut dia, masa tanam hingga panen rajalele Srinuk membutuhkan waktu 90 hari-95 hari.

“Kami mendukung penuh varietas asli Klaten ini. Kami bermitra dengan Pemkab Klaten untuk menanam Rajalele Srinuk ini dengan sistem tabela [tanam benih langsung],” kata Ery Karyatno, kepada Solopos.com, Kamis (19/8/2021).

Baca juga: Ratusan Warga Klaten Sembuh dari Covid-19 Setelah Isolasi di Donohudan Boyolali

Ery Karyatno mengatakan penanaman padi rajalele unggulan Klaten ini menjadi bagian membangun sektor pertanian di daerahnya. Hal itu juga selaras dengan rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDesa) tahun 2019-2025.

Berharap Menuai Hasil Optimal

Di antara langkah mewujudkan RPJMDesa itu, yakni merevitalisasi kelembagaan petani di desa, perbaikan sistem saluran pertanian, mekanisasi pengolahan lahan, pengoptimalan jalan usaha tani, dan lainnya.

“Di Desa Demakijo itu memiliki potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Total lahan pertanian kami mencapai 78 hektare. Sedangkan jumlah penduduk kami mencapai 3.228 jiwa dengan 70 persennya bekerja di sektor pertanian,” katanya.

Baca juga:Doorlop Senilai Rp1,4 Miliar Lengkapi Fasilitas Gedung DPRD Klaten

Ery memperkirakan penanaman tanaman padi rajalele unggulan Klaten ini akan menuai hasil optimal. Saat memasuki masa panen, analisis harga gabah kering senilai Rp6.000 per kilogram.

“Harga beras senilai Rp11.000-12.000 per kilogram. Ini adalah beras asli Klaten. Kami harus bangga dan tentunya ikut merawat dan membudidayakan tanaman rojolele ini. Kami juga mendukung penuh kebijakan bupati bernomor 520/432/26 tentang penyediaan beras Rajalele Srinar dan Srinuk untuk ASN/BUMD di Klaten,” katanya.

Sebagaimana diketahui, beras Rajalele Srinar dan Srinuk mulai gencar dikenalkan ke pasaran sejak, Oktober 2019. Di waktu sebelumnya, varietas baru rajalele ini dinilai telah lolos sidang pelepasan varietas, 27 Juni 2019.

Baca juga: 20 Pekerja Seni di Bayat dan Kalikotes Dapat Beras dari Polres Klaten

Pengambilan nama Srinar berasal dari kata sri yang berarti dewi padi dan nar berasal dari potongan kata Bersinar. Srinar dinilai tahan hama WBC alias wereng batang cokelat biotipe I, II, dan III.

Sedangkan srinuk berasal dari kata sri yang artinya dewi padi dan nuk dari kata inuk alias enak sekali. Srinuk dinilai tahan WBC tipe I.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya