SOLOPOS.COM - Goa Jepang Kaligua, Kabupaten Brebes (Instagram/@ikafitrimeilasanti)

Solopos.com, BREBES — Selain menawarkan keindahan panorama hamparan hijau kebun teh di kaki Gunung Slamet, Kebun Teh Kaligua di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah juga menawarkan pengalaman sejarah yang misterius. Jika ingin merasakan pengalaman ini, wisatawan yang datang di kompleks wisata kebun teh Brebes ini bisa menengok Goa Jepang.

Dilansir dari Detik.com, Kamis (14/10/2021), Goa Jepang menyimpan kisah tragis pejuang Indonesia di masa kolonial Jepang. Goa sepanjang 805 meter yang menembus perbukitan di tengah perkebunan itu digunakan sebagai tempat persembunyian tentara Jepang dari serangan musuh.

Promosi Kisah Agen Mitra UMi di Karawang: Penghasilan Bertambah dan Bantu Ekonomi Warga

Selain diperuntukan sebagai tempat persembunyian tentara Jepang, goa itu juga digunakan sebagai pembantaian romusha, istilah penduduk pribumi yang diperbudakan di masa penjajahan Jepang yang memberontak kepada pemerintahan militer.

Ruang tahanan di Goa Jepang Kaligua, Kabupaten Brebes
Ruang tahanan di Goa Jepang Kaligua, Kabupaten Brebes (Instagram/@ikafitrimeilasanti)

Baca Juga: Duh! Mbah Minto, Kakek Penjaga Kolam di Demak Terancam 5 Tahun Penjara

Goa Jepang di kaki Gunung Slamet ini memiliki banyak ruang khusus, seperti ruang tahanan, kamar pasukan Jepang, pos penjagaan, gudang senjata, dapur, kamar kelelawar dan ruang ritual yang disiapkan untuk pembantaian, jika tentara Jepang menang dalam perang.

Goa ini dibuat oleh tentara Jepang saat Kekaisaran Jepang berhasil mengambil kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda di masa Perang Dunia I pada 1942 lalu. Saat itu tentara Jepang membuat lorong-lorong yang melibatkan para romusha sebagai tempat perlindungan senjata dan makanan hingga 1945.

Pembuatan goa ini konon membutuhkan waktu dua tahun. Awalnya, tempat ini hanya digunakan sebagai tempat persembunyian, tetapi belakangan diketahui ada sebuah rencana besar, yaitu jika Jepang menang dalam Perang Dunia II, maka salah satu lokasi Goa Jepang tersebut akan dijadikan ruang pembantaian massal untuk kaum pria warga Desa pandansari. Jika semua pria sudah dibantai hingga meninggal, para kaum wanitanya akan diperistri paksa oleh para tentara-tentara Jepang saat itu.

Baca Juga: Kesetaraan Gender di Kota Semarang Terbaik di Indonesia

Tapi beruntungnya, sebelum niat keji tersebut terwujud, tragedi bom Hiroshima dan Nagasaki membuat Jepang kalah dalam Perang Dunia II pada 1945 sehingga memupuskan niat tersebut. Sesudah Jepang kalah perang, lorong-lorong tersebut tidak pernah digunakan hingga 1980-an.

Wisatawan Jepang Menangis Mendengar Kisah Kelam Goa Jepang Brebes

Pada 1997, lorong-lorong itu mulai dibuka sebagai obyek wisata dengan diawali bersih-bersih warga setempat dan juga karyawan PT . Perkebunan Nasional IX sebagai pengelolanya. Goa Jepang ini juga sebagai bukti jika ada wisatawan Jepang yang berkunjung, mereka bisa mendengar informasi mengenai masa kelam Goa Jepang ini dan bahkan banyak wisatawan Jepang yang menangis atas kisah kekejaman yang dilakukan pendahulu mereka di Indonesia.

Orang-orang Jepang pada umumnya hanya mengetahui bahwa para pendahulunya dulu datang ke negara-negara Asia Raya, salah satunya Indonesia adalah untuk bekerja bukan untuk menjajah. Namun banyak wisatawan Jepang yang berkunjung  terkejut mendengar kenyataan yang ada tentang perbuatan para pendahulu mereka di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya