SOLOPOS.COM - SOLO TERBAKAR -- Video dokumentasi tragedi kerusuhan di Solo, Mei 1998, diputar di Gedung Kesenian Solo (GKS), Senin (30/5/2011). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikriya)

Melongok apa yang terjadi di Solo 13 tahun silam hanya rasa trenyuh dan haru yang menyergap. Bulan Mei 1998, yang menjadi tonggak lengsernya kekuasaan Orde Baru, melalui gerakan-gerakan yang mengatasnamakan memperjuangkan reformasi, nyatanya membawa dampak berupa pembumihangus Kota Solo. Hanya dalam beberapa jam Solo berubah menjadi kota mati.

SOLO TERBAKAR -- Video dokumentasi tragedi kerusuhan di Solo, Mei 1998, diputar di Gedung Kesenian Solo (GKS), Senin (30/5/2011). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Api hampir menyelimuti seluruh tempat di Kota Solo, mulai dari Jebres, Gilingan, Kawatan, Gemblegan, Jl Slamet Riyadi, semua bak lautan api. Pusat-pusat perbelanjaan dan ruang pamer mobil, tak luput dari aksi anarkistis massa. Bahkan setiap kendaraan yang lewat, mobil, sepeda motor, bus, banyak terpanggang api. Ribuan massa yang turun ke jalan pun menjadi brutal, dengan menjarah barang-barang di pusat perbelanjaan. Pagar pabrik yang tertutup digedor paksa demi untuk menjarah barang-barang yang ada di dalamnya.

Semua itu kembali tergelar di depan mata lewat video yang dibuat seorang pemilik production house di Solo, Eddy Pramono, yang diputar di Gedung Kesenian Solo (GKS), Senin (30/5/2011) malam. Berbekal kamera analog, mulai dari aksi di hari pertama, tanggal 14 hingga tanggal 17 Mei, Eddy turun ke jalan. Fakta-fakta yang ditemukan di lapangan pun diungkap dalam sebuah narasi yang makin mengiris hati. Kerugian harta benda, serta ganasnya aksi massa, dikatakan Eddy sungguh di luar akal manusia.

“Saat kejadian, saya spontan pulang, ambil kamera langsung turun ke jalan. Saya sudah berpikir mungkin saya tak akan selamat hari itu, tapi setidaknya rekaman di kamera saya bisa ditemukan orang ,” ungkap Eddy saat ditemui Espos seusai pemutaran videonya.

Keberanian Eddy menerjang bahaya nyatanya telah membuat rekaman itu sebagai satu-satunya video yang merekam kerusuhan Mei 1998 di Solo. Hasil rekamannya pun telah ditayangkan di berbagai media nasional hingga internasional. “Di hari pertama saya mengambil gambar, saya masih aman dari amukan massa, tapi hari kedua saat Balaikota juga dibakar, saya juga mulai kena lemparan batu,” ungkap pengajar sinematografi di Universitas Slamet Riyadi itu.

Ancaman bahaya yang dialami Eddy memang tampak dari hasil rekaman yang tampak goyang, karena dirinya berusaha menyelamatkan kamera. Menyiasati bahaya, diakui Eddy dengan mendekat ke aparat keamanan. Hal itu pun terlihat dari video yang banyak mengambil gambar para aparat keamanan dari dekat.

Dengan diputarnya video kerusuhan Mei 1998 di Solo itu bukan berarti Eddy ingin membuka luka lama, tapi tak lain sebagai media edukasi agar masyarakat tak gampang percaya terhadap orang asing yang ingin memrovokasi. Karena dari hasil rekaman yang juga dicetak dalam foto, secara tak sengaja Eddy menemukan satu fakta mengejutkan. Di beberapa foto kerusuhan yang diambil di berbagai wilayah di Kota Solo, kerap tergambar sosok pria bertato dengan tubuh besar dan tegap, tapi wajahnya selalu tertutup helm.

“Video saya ini bila diputar sembarangan bisa membuat suasana tak kondusif karena Solo sekarang telah aman. Oleh karena itu saya hanya mengizinkan video yang diputar adalah yang telah diedit dengan penambahan narasi dari fakta yang ditemukan di lapangan, supaya orang tak salah tafsir,” tandas Eddy.

Syahaamah Fikria

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya