SOLOPOS.COM - Mantan Menlu AS Colin Powell. (Liputan6)

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell meninggal dunia karena komplikasi Covid-19 di usia 84 tahun. Eks perwira tinggi militer itu sebelumnya sudah menerima vaksinasi lengkap.

Ia memiliki riwayat penyakit sebelumnya, didiagnosis mengidap multiple myeloma, salah satu kanker darah. Kondisi ini yang membuat dirinya lebih rentan terpapar Covid-19.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Seperti dilansir Detikcom dari BBC, dia juga diketahui mengidap penyakit Parkinson. Colin Powell meninggal pada Senin (18/10/2021) pagi.

Powell menjadi menteri luar negeri Afrika-Amerika pertama tahun 2001 di bawah Presiden Republik George W Bush. Dia juga memicu kontroversi karena membantu menggalang dukungan untuk Perang Irak.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Meninggal karena Covid, Ini Rekam Jejak Mantan Menlu AS Colin Powell

Lantas, seberapa efektif vaksin Covid-19 terhadap pengidap multiple myeloma?

Sebuah studi baru menyoroti kerentanan beberapa pasien myeloma terhadap virus Corona. Studi tersebut mengungkapkan bahwa pasien Covid-19 memproduksi lebih sedikit antibodi penetralisir sebagai respons terhadap vaksin dan memiliki respons yang lemah dari sel-T sistem kekebalan.

Saat antibodi menyerang virus yang menyebar di dalam tubuh, sel-T justru akan menyerang sel yang telah terinfeksi. Sel-T tersebut juga menghasilkan sinyal penting yang mengarah pada respons imun lain dalam membatasi tingkat infeksi.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini : 20 Oktober 1944, Pembebasan Beograd dari Jerman

Dikutip Detikcom dari Reuters, studi tersebut meneliti 44 pasien dengan myeloma yang telah divaksinasi lengkap dengan vaksin Pfizer dan Moderna. Hasilnya, mereka memiliki respons antibodi yang rendah atau bahkan tidak sama sekali terhadap antibodi yang diberikan vaksin Corona.

Selain itu, laporan tersebut juga menunjukkan tidak adanya sel-T yang bisa membantu melindungi mereka dari infeksi Covid-19 yang parah.

“Kurangnya respons sel-T yang tak terduga, ditambah dengan tidak adanya antibodi setelah vaksinasi SARS-CoV-2, itu menjadi perhatian,” kata pemimpin studi Dr Samir Parekh dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York City.

Maka dari itu, para peneliti mengatakan perlunya tes darah. Ini berfungsi untuk memantau respons imun pada pasien setelah vaksinasi Covid-19, seperti yang dialami Colin Powell.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya