SOLOPOS.COM - Ilustrasi minum susu. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Ada anggapan bahwa minum susu sebulan bisa bersihkan paru-paru perokok. Tak sedikit yang mempercayai dan mempraktikkan anggapan ini, tapi bagaimana fakta sebenarnya?

Tips kesehatan kali ini membahas tentang anggapan minum susu sebulan bisa bersihkan paru-paru perokok. Sebagaimana diketahui organ pernapasan ini bisa rusak berat akibat kebiasaan mengisap rokok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun menurut dokter spesialis patologi anatomi RS Dharmais, dr. Evlina Suzanna, Sp.PA, minum susu rutin selama sepekan atau bahkan sebulan tak akan membersihkan paru-paru seorang perokok yang rusak akibat kebiasaan merokok.

“Tidak ada hubungannya minum susu selama sepekan, dua pekan, sebulan dengan pembersihan paru,” ujar dia dalam virtual media briefing bertema Hari Kanker Paru Sedunia 2021: Situasi dan Penanganan Kanker Paru pada Masa Pandemi Covid-19 pada Kamis (26/8/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Tren Menonton Film Berubah Jadi Binge-Watching Hingga Hopping, Apakah Itu?

Merokok merusak saluran dan kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru. Evlina mengatakan, kerusakan yang terjadi bisa mencapai DNA dan perlu waktu sekitar 30 tahun untuk membebaskan DNA ini dari efek buruk akibat merokok.

“Jadi, apabila seseorang telah merokok berat atau ringan itu nanti membebaskan DNA ini dari efek rokok itu berpuluh-puluh tahun,” kata dia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) itu seperti mengutip laman Antaranews.com, Kamis (26/8/2021).

Menurutnya merokok termasuk faktor utama risiko terjadinya kanker paru dan minum susu sebulan tidak akan bersihkan paru-paru si perokok. Seorang perokok berpeluang 20-50 kali lebih tinggi terkena kanker ini dibandingkan mereka yang tidak merokok. Merokok juga menjadi penyebab 80 persen kematian akibat kanker.

Data dari laman Johns Hopkins Medicine memperlihatkan, merokok cerutu lima batang sehari berisiko terkena kanker paru-paru yang sama besarnya dengan merokok dengan rokok biasa satu bungkus sehari.

Sementara itu, merokok pasif bukannya bebas dari risiko kanker. Data menunjukkan, seringnya terpapar asap rokok dari perokok aktif ini meningkatkan risiko terkena kanker paru 20-30 persen.  Di Indonesia, data Global Cancer Statistic (Globocan) pada 2020 menunjukkan angka kejadian kanker paru meningkat dari sebelumnya 30.023 pada 2018, menjadi 34.783 pada 2020.

Baca Juga:  Model Cover Album Nevermind Gugat Nirvana, Ini Alasannya

“Angka insiden di Tanah Air mulai terjadi pada usia 35 tahun kemudian meningkat 4 kali lipat dan berkali lipat sampai usia 60 tahunan,” tutur Evlina.

Dari sisi gejala, mereka yang terkena kanker paru umumnya merasakan gejala seperti batuk, sakit dada, sesak napas, mengi, infeksi paru-paru berulang, suara serak, pembengkakan leher dan wajah, nyeri dan kelemahan di bahu, lengan, tangan, dan demam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya