SOLOPOS.COM - Paini Kisma Suwita, 65, dan Samiyem, 60, menunjukkan medali dan piala yang diraih putra bungsu mereka, Khoirudin Mustakim, di rumah mereka Dukuh Jurangkajong, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Klaten, Selasa (12/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Rumah sederhana di tengah perkampungan Dukuh Jurangkajong, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk itu meriah, Selasa (12/10/2021) siang. Pemilik rumah, pasangan Paini Kisma Suwita, 65, dan Samiyem, 60, suka cita setelah putra bungsu mereka, Khoirudin Mustakim, meraih emas untuk Jawa Tengah di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.

Mustakim menjadi salah satu atlet kontingen Jawa Tengah yang berlaga pada PON XX Papua. Pemuda berumur 20 tahun itu turun di cabang olahraga pencak silat dan meraih emas setelah menang atas pesilat asal Provinsi Kalimantan Selatan pada laga final yang digelar Selasa sekitar pukul 09.00 WIT.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mustakim merupakan putra bungsu dari empat bersaudara pasangan Paini-Samiyem yang selama ini bekerja sebagai buruh tani. Kakak-kakak Mustakim masing-masing bernama Ngatemi, Suranta, dan Fitri.

Baca Juga: Capaian Vaksinasi di Joho Klaten Tak Mungkin 100 Persen, Kenapa?

Ekspedisi Mudik 2024

Saat Mustakim berlaga di babak final, keluarga itu menonton langsung melalui siaran streaming. Paini memilih tak ke sawah demi menonton Mustakim bertanding melalui siaran langsung yang diputar dari ponsel bersama Fitri.

Paini dibikin deg-degan ketika salah satu pesilat tergeletak. Hingga akhirnya juri menyatakan Mustakim menang pada laga final tersebut.

Setelah memastikan Mustakim menang, Paini merasa lega. Pria tersebut bergegas ke sawah untuk mencari rumput. “Rasane padhang. Pun diulangi Mustakim menang, kula bungah terus teng sabin. Nggih ngarit, munpung enten kesempatan [Rasanya sudah cerah. Setelah diulangi siarannya dan Mustakim menang, saya senang kemudian ke sawah. Mencari rumput mumpung ada kesempatan],” kata Paini saat ditemui di rumahnya.

Baca Juga: PKL Optimistis Segera Boleh Berjualan di Alun-Alun Wonogiri

Lain halnya dengan Samiyem. Ibu empat anak itu justru tak ingin menonton anak bungsunya bertanding. Samiyem memilih ngarit, mencari rumput untuk pakan ternak.

Kula wedi ngetke niku mesake anake kula sing tanding. Pun teng pundi mawon kula pilih dongo kados kesah. Kula kalawau pilih ngarit. Mantuk angsal bel menang. Mulih-mulih nangis tur seneng [Saya takut, melihat anak saya bertanding saya kasihan. Bertanding di mana saja, saya memilih berdoa. Saya tadi memilih mencari rumput. Pulang dapat kabar kalau menang. Pulang-pulang saya nangis tetapi senang],” kata Samiyem.

Sebelum Mustakim meraih emas pada ajang PON, Paini dan Samiyem tak bisa tidur dengan tenang. Mereka kerap lek-lekan alias terjaga hingga dini hari.

Baca Juga: Lahan Pertanian Berkurang karena Tol Solo-Jogja, Klaten Genjot Produksi

Hampir setiap malam, Paini-Samiyem saling bertukar kabar dengan Mustakim untuk mendoakan anak mereka bisa meraih cita-cita. Mereka pun kerap kali meminta Mustakim fokus bertanding dan tak perlu memikirkan nasib ayam peliharaan pemuda tersebut.

Bukan kali pertama Mustakim meraih medali pada kejuaraan pencak silat dari tingkat nasional hingga dunia. Hal itu seperti yang terlihat pada satu almari yang berisi piala dan medali yang diboyong Mustakim dari berbagai kejuaraan.

Begitu pula pigura berisi piagam kejuaraan dan penghargaan yang pernah diperoleh Mustakim menghiasi dinding rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya