Solopos.com, WONOGIRI — Memasuki masa pancaroba, warga Kabupaten Wonogiri diimbau untuk berhati-hati dalam menjaga keselamatan dan waspada terhadap bencana alam.
Saat pancaroba seringkali muncul gerakan angin kencang di beberapa wilayah Wonogiri. Selain itu, semakin berkurangnya intensitas hujan, wilayah yang biasanya terdampak kekeringan akibat kemarau juga diminta menyiapkan diri.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Perjuangan Mal di Madiun, Hanya Dua Bulan Bisa Bertahan
“Warga yang berada di wilayah rawan kekeringan sebenarnya sudah hafal dan titen apa yang harus mereka lakukan ketika memasuki musim kemarau. Kerena setiap tahun mereka mengalami dan menerima keadaan itu,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Selasa (12/5/2020).
Ia mengatakan, berdasarkan informasi yang ia peroleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memasuki dasarian ketiga April 2020, wilayah Jawa Tengah sudah memasuki musim kemarau. Meskipun demikian masih dimungkinakan adanya hujan, walaupun dengan intensitas rendah hingga sedang.
Angin yang bertiup ketika masa peralihan atau pancaroba, menurut dia, lebih kencang dari angin biasanya. Karena ada perubahan cuaca dari dingin ke panas dan sebaliknya. Imabuan yang diserukan saat ini yakni mengikis pohon yang berpotensi tumbang ketika terjadi angin kencang.
90 Pedagang dan Kuli Panggul di 2 Pasar Sragen Jalani Rapid Test, Ini Hasilnya
BPBD Wonogiri memberi contoh kepada masyarakat membuat EWS (early warning system) berupa kincir angin. Tujuannya, alat tersebut bisa digunakan sebagai penanda ketika ada angin kencang. Wilayah yang biasanya terjadi angin kencang saat pancaroba yakni Kecamatan Baturetno, Kecamatan Giriwoyo dan Kecamatan Eromoko.
Kerugian Akibat Bencana
Pada 2019, jumlah bencana alam berupa angin kencang sebanyak 103 kejadian. Sementara itu pada Januari hingga April 2020 terdapat 28 kejadian. Adapun kerugian yang disebabkan adanya angin kencang pada 2019 senilai Rp854.075.000. Kemudian pada Januari hingga April 2020 sebesar Rp148.300.000.
Mengahadapi musim kemarau, menurut dia, hasil pengamatan dan kejadian bencana pada 2019 akan dijadikan acuan atau pedoman. Tetapi pedoman tersebut belum tentu sama, karena pada 2019 terjadi musim kamarau panjang.
Rawan Kecelakaan, Dishub Pasang APILL Depan Kantor Pemkab Klaten
Bahkan wilayah yang diprediksi tidak terdampak, justru terjadi kekeringan pada 2019. Wilayah tersebut yaitu Purwantoro, Karangtengah dan Tirtomoyo.
“Berdasarkan kajian, adanya kekeringan di wilayah tersebut karena pengurangan pohon di daerah tinggi. Maka saat musim penghujan, kami mengajak warga untuk menanam pohon,” kata Bambang.
Wilayah yang selama ini rawan kekeringan saat musim kemarau yakni Kecamatan Manyaran, Paranggupito, Giritontro, Nguntoronadi, Eromoko, Giriwoyo dan Pracimantoro.