SOLOPOS.COM - Ilustrasi new normal di sekolah. (Antara-Syaiful Arif)

Solopos.com, BOYOLALI Aktivitas belajar mengajar di semua jenjang pendidikan praktis digelar secara online atau dalam jaringan alias daring selama hampir setahun terakhir sejak pandemi Covid-19, 16 Maret 2020. Para pelajar Klaten seakan terbiasa dengan aktivitas harian yang untuk sementara waktu tak berseragam, menenteng tas, hingga berkejaran dengan waktu agar tak telat datang ke sekolah saban pagi.

Aneka pengalaman dirasakan para pelajar selama hampir setahun terakhir mengikuti pembelajaran secara daring. Seperti Zeira, 15, pelajar kelas 10 SMKN 1 Pedan. Sejak kali pertama memasuki jenjang pendidikan SMK, Zeira sudah akrab dengan pembelajaran daring yang biasa dia ikuti dari rumahnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tanpa seragam, tanpa teman-teman yang duduk di sekitarnya yang sama-sama memperhatikan penjelasan dari guru. Hanya ponsel sebagai perantara memandunya mengikuti belajar daring.

Baca Juga: Jajal Peluang Bisnis Restoran Virtual

Materi pembelajaran disampaikan guru di sekolahnya melalui berbagai aplikasi ponsel seperti Whatsapp, Google Classroom, serta Google Meet. “Kalau belajar daring itu sulitnya materi yang disampaikan susah dipahami. Kalau sudah kesulitan, saya tanya teman dulu. Ketika teman tidak tahu, baru saya tanya guru,” kata pelajar asal Desa Klepu, Kecamatan Ceper tersebut saat berbincang dengan Espos, Rabu (10/2/2021).

Tak hanya kesulitan memahami beberapa materi pembelajaran, Zeira mengaku sudah jenuh dan ingin segera bisa mengikuti pembelajaran di bangku kelasnya. Apalagi, sejak kali pertama tercatat sebagai siswa di SMKN 1 Pedan, Zeira baru tiga kali mengikuti pembelajaran tatap muka.

Belum Akrabi Teman

Dia pun belum mengenal secara akrab seluruh teman sekelasnya berjumlah 35 orang yang selama ini juga mengikuti pembelajaran dari rumah masing-masing. “Seragamnya juga baru tiga kali dipakai. Kepengin ketemu teman-teman dan belajar tatap muka dengan guru di sekolah,” kata dia.

Baca Juga: Bertahan di Peluang Bisnis Nasi Biryani

Keinginan untuk mengenakan seragam di sekolah baru dan bertemu langsung teman-teman baru disampaikan Nindy, 12, pelajar kelas 7 SMP IT Smart Cendekia. Sejak menjadi siswa di sekolah tersebut pada Juli 2020 lalu, Nindy baru beberapa hari mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolahnya. “Habis PTS [penilaian tengah semester] pernah masuk [mengikuti pembelajaran tatap muka]. Tetapi tidak ada sepekan sudah daring lagi,” kata warga Desa Kurung, Kecamatan Ceper itu.

Nindy mengaku sudah kangen mengenakan seragam sekolah jenjang SMP hingga bertemu langsung dengan teman-teman sekelasnya. Selama mengikuti pembelajaran daring, Nindy juga kerap mengalami kesulitan. “Kalau belajar lewat ponsel terus itu lama-lama pusing,” kata dia.

Bukan hanya siswa. Keinginan agar para pelajar bisa kembali mengikuti pembelajaran tatap muka disampaikan para orang tua. Salah satunya Rahmad Nur Hidayat, 44, warga Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara. Nur memiliki dua anak yang saat ini masih duduk di bangku kelas 1 SD dan kelas 8 SMP.

Baca Juga: Peluang Bisnis Kuliner Ayam, Bebek, Angsa

Salah satu kesulitan yang dia alami yakni menjaga semangat anaknya mengikuti pembelajaran daring terutama untuk anaknya yang masih duduk di bangku kelas 1 SD. “Tentu anak sudah bosan ikut belajar daring terus. Sulitnya itu menjaga mood anak agar mau belajar. Ya akhirnya dengan berbagai cara agar anak itu tidak dipaksa tetapi mau belajar. Ya kadang diiming-imingi nanti jajan setelah belajar,” ungkap dia.Seragam Tak Terpakai

Nur menjelaskan anaknya baru sekitar dua kali mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah. Alhasil, seragam baru selama hampir setahun ini hanya ngandang di almari. “Nyaris belum pernah dipakai tetapi sekarang baju dan sepatunya sudah tidak muat. Dalam bayangan anak saya itu, teman-teman di SD masih teman-teman saat TK dulu,” urai dia.

Nur berharap pembelajaran tatap muka bisa digelar kembali. Dia hanya berharap anaknya bisa mendapatkan pembelajaran secara maksimal. “Tahu-tahu nanti sudah kelas 2 SD,” kata dia.

Baca Juga: Peluang Bisnis Tanaman Hias di Mal Terbukanis

Hal senada disampaikan Wiyono, 50, warga Desa Krakitan, Kecamatan Bayat yang memiliki anak saat ini duduk di bangku SMK, serta SD kelas 2 dan 6. Dia mengaku anak mulai bosan mengikuti pembelajaran secara daring hingga akhirnya orang tua yang terkadang mengerjakan tugas sekolah.

Pembelajaran tatap muka terbatas pernah diuji coba di Klaten pada Oktober 2020 lalu di lima SMP. Saat penilaian akhir semester (PAS), ujian dengan tatap muka terbatas digelar di 50an SMP. Memasuki semester genap, pembelajaran tatap muka direncanakan kembali bergulir dengan protokol kesehatan ketat.

Namun, kasus Covid-19 di Jawa Tengah termasuk di Klaten menunjukkan tren peningkatan hingga rencana pembelajaran tatap muka ditunda. Hingga kini, para siswa masih mengikuti pembelajaran secara daring. Seperti yang tercantum pada salah satu poin PPKM mikro yang menginstruksikan agar kegiatan belajar mengajar masih dilakukan secara daring.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya