SOLOPOS.COM - Ilustrasi hubungan seksual. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI—Praktik hubungan sejenis atau homoseks laki-laki seks laki-laki (LSL) di Kabupaten Wonogiri sangat memprihatinkan. Jumlah laki-laki berorientasi seksual dengan sesama laki-laki lebih dari 200 orang yang tersebar di berbagai kecamatan.

Jumlah itu tercatat sejak 2020. Jumlah mereka berpeluang bertambah banyak seiring berjalannya waktu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu penjangkau lapangan, Sulastri, mengungkapkan pelaku LSL dewasa di Kabupaten Wonogiri dari berbagai profesi. Dari orang biasa, karyawan swasta, hingga pegawai kantor pemerintahan. Sementara, pelaku LSL remaja dari pelajar hingga mahasiswa.

Baca Juga: Waduh! Sedikitnya 200 Laki-Laki di Wonogiri Lakukan Homoseks LSL

Mereka dengan mudah saling menemukan, berkencan, hingga akhirnya terjadi hubungan seksual melalui aplikasi kencan khusus sesama laki-laki. Banyak aplikasi yang bisa diunduh melalui telepon seluler.

Dengan aplikasi itu pelaku LSL dapat mengetahui posisi sesama pelaku LSL dalam radius tertentu. Mereka pun bisa saling berkomunikasi. Setiap anggota aplikasi memiliki data pribadi, termasuk nomor telepon dan foto.

“Ketika bertemu orientasi mereka untuk melakukan hubungan seksual. Jarang ada sampai terjalin hubungan asmara yang berlangsung lama atau saling setia,” ucap Sulastri yang sering memberi pendampingan kepada banyak pelaku LSL di Wonogiri, saat ditemui Solopos.com di kawasan kota Wonogiri, pekan lalu.

Baca Juga: Kuburan Pembuang Sampah Juga Ada di Jl. Jatinom-Tulung Klaten

Sulastri menyebut kebanyakan pelaku LSL adalah orang dewasa. Artinya, fenomena adanya orang berorentasi seksual sesama laki-laki sudah lama.

Kebanyakan perilaku tak wajar mereka mulai muncul saat remaja. Faktor penyebabnya kompleks, seperti tak mendapat edukasi seksual sejak dini sehingga dapat terjerumus dalam lingkungan pelaku LSL.

Karena tak mendapat edukasi seksual yang memadai mereka beranggapan sesama laki-laki bisa berhubungan seksual. Anak memiliki rasa penasaran tinggi terhadap hubungan sesama jenis akhirnya coba-coba mengakses aplikasi kencan khusus sesama laki-laki.

Baca Juga: Wisata Air Gelar Simulasi, Umbul Ponggok Klaten Kenakan Tarif Rp10.000

“Dari pola pengasuhan yang keliru juga bisa. Misalnya dalam keluarga ada anak laki-laki yang memiliki saudara kandung perempuan semua. Sejak kecil anak laki-laki ini didandani kakak-kakaknya layaknya perempuan. Dalam jangka panjang hal ini bisa membuat anak laki-laki merasa cantik dan nyaman dengan kebiasaannya berperilaku seperti perempuan. Jika ini tidak diketahui sejak awal anak bisa merasa seperti perempuan secara permanen. Kalau sudah seperti itu sangat sulit memulihkan kondisinya agar menjadi laki-laki murni,” terang Sulastri.

Penyebab lainnya faktor genetik atau sejak kecil. Keluarga yang menolak kehadiran mereka memperparah kondisi.

Seharusnya keluarga merangkul mereka dengan mengarahkan untuk berkegiatan positif, seperti membantu mencari lapangan kerja. Tak sedikit dari mereka yang memiliki keterampilan, misalnya tata rias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya