SOLOPOS.COM - Penemuan ikan buas di Klaten. (detik.com)

Solopos.com, SOLO — Penemuan ikan buas jenis ikan toman di kawasan Trucuk Klaten memunculkan berbagai spekukasi terkait penemuannya. Hal itu dikarenakan ikan channa micropeltes itu habitat aslinya berada di Kalimantan dan Sumatera.

Ikan toman saat ini menjadi primadona bagi pecinta ikan predator. Para pecinta ikan channa kerap menjuluki ikan channa sebagai iwak galak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Komunitas Pecinta Ikan Channa Dukun Channa Solo, Ari Susilo, kepada Solopos.com, Senin (6/9/2021) mengonfirmasi ikan yang ditemukan warga  di Trucuk Klaten merupakan ikan jenis toman.

Baca juga: Round Up: Geger Penemuan Ikan Buas Dekat Terowongan Kuno di Trucuk Klaten

Menurut dia, ikan toman hingga saat ini kerap dipelihara pecinta ikan sebagai ikan hias peliharaan. Pasalnya, ikan toman memiliki berbagai keunikan dari segi warna hingga ukuran.

Habitat di Kalimantan dan Sumatra

Ari menyebut habitat ikan itu berada di Kalimantan dan Sumatra. Namun, di negara tetangga seperti Malaysia, India, dan Myanmar, channa micropeltes itu juga ditemukan.

“Kalau saya lihat, ikan yang ditemukan warga itu ikan tua. Terlihat dari ukuran dan warna ikan toman yang kebiruan. Memang pertumbuhan ikan toman dari ukuran baby ke 40 centimeter (cm) sangat cepat. Tapi ketika sudah 40 cm pertumbuhannya lama,” papar dia.

Baca juga: 14 Pasangan Tak Resmi Terciduk Ngamar di Hotel Klaten, Ada yang Masih 19 Tahun

Ari Susilo menambahkan ada kemungkinan ikan toman yang ditemukan di Jawa merupakan ikan yang terlepas dari penghobi ikan hias. Lalu, ikan itu sekadar terlepas tanpa ada unsur kesengajaan. Namun, ia pernah mendengar kabar jika Jawa memiliki ikan jenis toman. Namun, kabar itu tanpa literasi dan penelitian ilmiah. Dugaan kuat, ikan toman yang ditemukan dari penghobi.

“Pihak terkait bisa meneliti ikan itu, apakah itu ikan endemik Kalimantan atau benar kabar ikan toman Jawa,” papar dia.

Ia menambahkan tidak terlalu khawatir dengan ekosistem karena ikan toman merupakan ikan Indonesia. Di sungai Jawa justru ikan gabus jenis channa striata lah yang merupakan top predator.

Baca juga: Warga Girpasang Klaten Ternyata Baru 6 Tahun Nikmati Layanan Listrik PLN

Ia mengaku pernah mencoba memelihara ikan channa striata dengan ikan channa toman. Hasilnya, ikan toman selalu kalah dengan ikan asal Jawa. Menurutnya, channa striata jauh lebih ganas dengan ikan toman.

“Yang merusak ekosistem bukan ikan tetapi manusia. Mencari ikan dengan menyetrum atau meracun. Ikan toman berbahaya kalau lompat masuk ke kolam budidaya ikan. Selain itu rantai makanan masih ada top predator,” imbuh dia.

Menurutnya, ikan toman memiliki kandungan albumin yang sangat tinggi. Hal itu sangat bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Berbeda dengan ikan predator impor, ikan predator impor cenderung lebih berbahaya jika berada di ekosistem Indonesia.

Baca juga: Terowongan Kuno di Trucuk Klaten Ternyata Dibangun Zaman Belanda untuk Saluran Irigasi

Ia menambahkan harga ikan toman sekitar Rp20.000 untuk ukuran ikan baby atau sekitar 10 cm. Terkait dengan harga ikan toman yang ditawar Rp17 juta, menurutnya harga itu dari penghobi.

Kepala Menyerupai Ular

Ia menambahkan ikan toman sangat biasa dijadikan ikan peliharaan. Namun, ia meminta jangan sampai ikan itu dilepas di alam khususnya di Jawa. Hal itu dikarenakan Jawa bukan habitat asli ikan ini.

“Ikan asli Jawa sangat banyak sebenarnya tapi sekarang susah ditemui seperti belida dan hampala. Ya kalau sudah tidak bisa merawat, bisa diserahkan ke pecinta ikan lain. Apalagi ikan impor,” papar dia.

Sebagai informasi, ikan toman merupakan masuk dalam golongan ikan gabus atau ikan channa micropeltes. Ikan berfamili channidae itu kerap disebut snakehead bagi pecinta ikan. Hal itu dikarenakan ikan channa memiliki kepala menyerupai ular. Ikan toman pemakan ikan kecil, cacing, kodok, dan ulat.

Baca juga: Rumah Keluarga Besar Istri Kapolri jadi Lokasi Vaksinasi di Klaten

Selain micropeltes, Indonesia memiliki jenis lain seperti maruilodes. Ikan jenis maruilodes menjadi primadona pecinta ikan hias seperti yellow sentarum, red sampit, dan red barito yang seluruhnya berasal dari Kalimantan.

Sebelumnya diberitakan, seekor ikan buas ditemukan di Trucuk, Klaten, tepatnyadi dekat lokasi penemuan terowongan kuno. Ikan itu ternyata jenis ikan toman. Penemuan ikan toman itu ditemukan sepekan sebelum penemuan terowongan kuno di Desa Sabrang Lor, Trucuk, Klaten.

Warga sekitar, Fajar Ari Widodo, mengatakan ikan buas itu kini telah dibawa oleh orang yang menemukannya. “Ikannya besar, ditemukan sore hari, katanya ditawar ada yang mau beli Rp17 juta tapi tidak dijual,” tutur Ari seperti dilansir detik.com, Minggu (5/9/2021).



Warga lainnya, Partomo, mengatakan ikan toman yang ditemukan itu memiliki bobot sekitar 7 kilogram. “Ikan oman. Yang nemu orang cari ikan dengan alat setrum sekitar sepekan yang lalu. Bobotnya sekitar 7 kilogram, itu ikan buas pemakan daging. Saya yakin tidak hanya satu itu di sini,” tutur Partomo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya