SOLOPOS.COM - Ilustrasi menjaga kesehatan mental saat isoman. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Penting sekali bagi pasien positif Covid-19 menjaga kesehatan mental saat harus menjalani isolasi mandiri alias isoman. Pada umumnya orang cenderung cemas, stres, hingga takut saat dinyatakan positif Corona.

Nah, saat isoman sebaiknya buang jauh-jauh semua kekhawatiran, rasa cemas, takut dan stres untuk menjaga kesehatan mental. Memang semua perasaan negatif itu wajar muncul ketika kita dinyatakan positif Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun semua harus diterima secara lapang dada sebagai langkah awal menjaga kesehatan mental saat isoman. Lalu mengapa kita bisa merasa stres atau cemas?

Psikolog Rininda Mutia dari Universitas Indonesia mengatakan kegundahan itu wajar dirasakan karena itu merupakan pertanda ada sesuatu yang terjadi di sekitar manusia dan membuat mereka harus bertindak agar bisa bertahan.

“Terima dulu kalau kita merasa hal tersebut. Semakin kita menyangkal, ‘biasa saja ah kena Covid-19’, biasanya perasaan itu akan meluap di waktu lain. Jadi tidak bisa tidur dan kepikiran,” jelas Rininda seperti mengutip Antaranews.com, Jumat (27/8/2021).

Baca Juga: Wanita Makassar Ini Viral Lantaran Mirip Presiden Jokowi

Stres muncul ketika seseorang merasakan tidak punya sumber daya yang sepadan dengan apa yang sedang dihadapi. Setelah berdamai dengan rasa stres, perbanyaklah sumber daya yang dibutuhkan agar stres berkurang dengan cara mencari informasi.

Cari tahu apa itu Covid-19, proses penularan, dampaknya dan tentu cara menanggulanginya. Membekali diri dengan ilmu pengetahuan membuat seseorang bisa terhindar dari rasa takut berlebihan yang tak baik bagi kesehatan batin.

Namun perlu diingat untuk mencari sumber informasi yang bisa dipercaya agar tidak terjebak hoaks yang justru menimbulkan kepanikan baru. Cari informasi dari media-media terpercaya serta situs resmi pemerintah. Jangan langsung percaya dengan informasi yang beredar di grup percakapan yang belum jelas sumbernya. Hindari membaca berita-berita yang membuat risau seperti rumah sakit yang penuh atau kasus Covid-19 terus naik.

“Memang Covid-19 muncul di era media sosial sedang booming, informasi bisa diakses 24 jam, kita tidak tahu apakah informasi itu valid atau tidak, jadi batasilah akses media sosial,” ujar dia.

Baca Juga: Bisa Positif Covid-19 Meski Sudah Divaksin, Begini Penjelasan Dokter

Langkah berikutnya untuk menjaga kesehatan mental saat isoman adalah tetap jaga silaturahmi dengan orang lain. Ketika isoman interaksi fisik tak bisa dilakukan dengan orang lain, tapi manfaatkanlah teknologi agar tetap terhubung dengan keluarga atau sahabat.

Sosialisasi itu penting dilakukan, terlebih ketika Anda berada dalam isolasi dan merasa sedang terkurung. Terhubung dengan orang lain bisa mengusir rasa kesepian dan tertekan. Bagilah perasaan Anda dengan orang lain, perbincangan bisa mengikis rasa sepi dan membuat Anda tidak sendirian berkat dukungan orang lain. Lakukan panggilan video dengan orang-orang terdekat agar tetap semangat dalam menjalani hari.

Jika mengenal penyintas lain, berbincanglah untuk mendapatkan masukan berdasarkan pengalaman mereka agar isolasi mandiri terasa ringan.

Bila perlu, ikuti acara kumpul-kumpul virtual yang banyak digelar di dunia maya. Seminar virtual hingga kelas virtual, semuanya bisa dipilih sesuai apa yang disukai.

Setelah mengetahui informasi mengenai Covid-19 dan cara menghadapinya, arahkan perilaku menuju hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri. Dia mencontohkan fenomena panic buying yang terjadi beberapa waktu lalu di mana berbagai vitamin ludes karena diserbu orang-orang saat kasus Covid-19 sedang tinggi. Berpikirlah dengan kepala dingin, bila memang perlu vitamin jangan kalap saat membeli.

“Jangan karena lagi positif Covid-19 beli sebanyak-banyaknya, akhirnya uang habis untuk vitamin tapi hal lain malah ditelantarkan. Dengan informasi yang baik, perilaku jadi lebih terarah.”

Langkah selanjutnyauntuk menjaga kesehatan mental saat isoman adalah berpikir dan mengambil tindakan untuk apa yang terjadi sekarang alih-alih memikirkan masa lampau dan masa depan yang belum terjadi. Memikirkan apa yang bisa diubah di masa lalu dan apa kemungkinan terburuk di masa depan hanya akan memperparah kecemasan.

“Berpikir here and now, di sini dan saat ini. Jangan terlalu jauh ke belakang atau ke depan.”

Jangan terjebak dalam penyesalan yang berkepanjangan atas kesalahan masa lalu yang membuat Anda terinfeksi Covid-19. Menyalahkan masa lalu terus menerus dan tak henti meratap tidak akan mengubah keadaan karena yang lalu tidak bisa diulang lagi. “Tapi bisa dipelajari untuk ke depan, seperti jangan kumpul-kumpul lagi, kalau sudah terjadi, terimalah.”

Di sisi lain, jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi di masa depan yang malah membuat pikiran semakin ruwet. Apalagi bila yang dipikirkan adalah hal-hal negatif yang membuat diri semakin takut dan khawatir.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya