SOLOPOS.COM - Kenangan tentang banjir bandang yang melanda Solo pada Maret 1966 lalu. (Instagram @solozamandulu)

Solopos.com, SOLO — Tahukah Anda pembantaian yang melibatkan PKI pada 1965 di Solo ada kaitannya dengan banjir besar yang melanda Kota Bengawan 1966 silam?

Pada 1965, terjadi peristiwa pembantaian yang melibatkan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Terdapat empat lokasi yang menjadi saksi bisu kekejaman partai komunis yang dipimpin oleh DN Aidit itu, yakni Gladak, Markas Besar PKI Honggowongso, Kedung Kopi dan Jembatan Bacem.

Baca Juga:  Selain Tukul Arwana, Ini Anak Artis Lainnya yang Jadi Polisi & Tentara

Ekspedisi Mudik 2024

Setelah peristiwa yang dikenal sebagai G30S/PKI itu, konon katanya terus terjadi hingga 1966. Puluhan mayat ditemukan di bantaran Sungai Bengawan Solo dengan kondisi yang mengenaskan. Mereka diduga dibantai oleh anggota PKI.

Setelah kejadian itu, muncul banjir besar di Kota Solo pada Maret 1966. Menurut cerita yang diunggah oleh pengelola akun Instagram @misterisolo, banjir besar ini menghentikan berbagai aksi kekejaman PKI.

Baca Juga: 4 Lokasi Pembantaian Libatkan PKI di Solo, Nomor 3 Baru Tahu?

“15 Maret 1966, turun hujan yang tidak biasa. Di mana hujan dengan volume besar tumpah ruang bersama butiran es yang mencekam. Hujan ini tidak berhenti hingga keesokan hari. Bahkan, beberapa tanggul jebol oleh luapan volume air ini. Hingga tanggal 18 Maret 1966, banjir sudah meredam seperempat kota ini. Kejadian ini sontak menjadikan gerakan pembersihan PKI berubah menjadi mengatasi dampak banjir,” beber pengelola akun Instagram @misterisolo di unggahannya pada Selasa, 14 September 2021 itu.

Misteri Banjir Besar Solo 1966

Menurut dia, banjir besar yang melumpuhkan Kota Bengawan itu berhenti ketika kemunculan perahu dengan kepala Kiai Rojomolo.

Ada sebagian orang yang percaya banjir besar ini merupakan kiriman dari penguasa Mataram. Mereka sengaja mengirimkan banjir di kota ini untuk menghentikan pembantaian PKI yang semakin membabi buta.

Baca Juga: Apa Doa untuk Kehilangan Barang Agar Cepat Kembali Menurut Islam?

“Banyak yang menghubungkan bahwa banjir ini adalah kiriman dari danyang pemelihara tanah Mataram. Di mana pembantaian yang semakin membabi buta dikhawatirkan akan mengorbankan orang yang tidak terlibat apa-apa serta kondisi tanah dan air yang semakin merah karena darah yang dipercaya jika semakin dibiarkan akan banyak memberikan makanan demit liar dan jahat untuk berkembang,” tambah dia.

Sementara itu, kemunculan Kiai Rojomolo untuk mengatasi banjir besar di Kota Solo 1966 merupakan cara untuk memperbaiki cuaca dan melancarkan debit air.

Baca Juga:  5 Kuliner Khas Mandalika Lombok, Semuanya Menggugah Selera

“Percaya tidak percaya, namun setelah kemunculannya cuaca menjadi lebih baik, air menjadi lancar mengalir menuju alirannya, serta gerakan pembersihan PKI tidak dilanjutkan dan diganti dengan gerakan pembersihan kota,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya