SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seorang kawan yang bergerak di bisnis kuliner meyakini kalau kewajiban kepada Tuhan dilaksanakan dengan ogah-ogahan, maka dengan ogah-ogahan pula Tuhan akan mengurus turunnya rezeki. Jika kita terlambat salat setengah jam, padahal sehari lima kali melaksanakan yang artinya dalam sehari terlambat 2,5 jam maka dalam sebulan/30 hari akan terakumulasi sebanyak 75 jam dan dalam setahun akan terkumpul 900 jam atau sekitar 37 hari.  Rezeki yang akan diberikan hari ini terlambat 37 hari kemudian. Dengan keyakinan itu, ia menjalankan usahanya. Hampir sepuluh tahun ini usahanya maju pesat dan terkenal baik dalam pelayanan kepada konsumen. Ia tak mau rezekinya terlambat datang dari Tuhan karena ia terlambat melaksanakan kewajibannya.

Keyakinan seperti itu boleh diduplikasi, namun boleh juga dibantah. Masing-masing orang mempunyai keyakinan sendiri mengenai hubungan antara dirinya dengan Tuhan. Keyakinan tak bisa dipaksakan. Oleh karena itu untuk mengabarkan mengenai suatu keyakinan, dibutuhkan contoh bukan ceramah. Meski begitu, ada beberapa hal yang secara manusiawi disepakati seluruh manusia sejak zaman dahulu sampai besok kiamat. Salah satu kesepakatan itu adalah pada dasarnya manusia itu tidak suka jika hak terhadap diri mereka diberikan secara terlambat. Hidup adalah satu rangkaian kejadian yang disusun secara presisi untuk terjadi secara tepat waktu. Bayi yang lahir tidak tepat waktunya, akan mengakibatkan masalah bagi dirinya dan ibunya. Makan yang terlambat akan berbuah pada naiknya asam lambung. Minum yang terlambat akan menyebabkan dehidrasi. Begitu seterusnya, semua mekanisme kehidupan dirancang tanpa keterlambatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di sisi lain, tanpa sadar kita masih memberi toleransi pada keterlambatan. Bagi kebanyakan orang Indonesia, terlambat merupakan sesuatu yang biasa dan boleh saja terjadi. Bahkan dalam kewajiban kepada Tuhan. Keterlambatan dimaafkan dan dimaklumi jika terjadi satu atau dua kali. Namun, jika seseorang selalu terlambat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, tentu orang lain akan menganggap kalau hal itu merupakan karakter. Menganggap sepele sebuah keterlambatan akan menjadi masalah di kemudian hari saat hal itu sudah menjadi kebiasaan. Bangsa yang maju di manapun di bumi ini bisa dipastikan adalah bangsa yang tepat waktu dan tepat janji. Padahal satu-satunya yang selalu tepat waktu bagi bangsa Indonesia adalah saat berbuka puasa. Begitu olok-olok yang sering kita dengarkan mengenai karakter jam karet bangsa ini.

Orang yang sering atau selalu terlambat tentu akan dianggap sebagai pemalas, tidak bisa diajak bekerja sama, dan egois. Keterlambatan akan merusak sesuatu yang sudah tersusun dengan rapi dan pada akhirnya akan merugikan diri sendiri serta orang lain. Untuk bisa selalu tepat waktu, kita diberi kesempatan latihan setiap hari oleh Tuhan. Dalam putaran waktu satu hari ada kewajiban salat wajib lima kali di mana diharapkan melaksanakannya dengan tepat waktu, dan waktu satu minggu ada kewajiban salat Jumat bagi laki-laki. Kewajiban salat itu secara tidak langsung merupakan latihan bagi kita untuk menjadi pribadi yang selalu tepat waktu.

Khusus untuk salat Jumat di mana sepekan sekali umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan secara berjamaah terdapat beberapa keistimewaan. Berbeda dengan salat Id yang pelaksanaan dilakukan dulu kemudian khotbah, dalam salat Jumat, khotbah dilaksanakan dahulu. Khotbah Jumat merupakan rangkaian wajib salat Jumat. Orang yang terlambat datang saat khatib sudah memulai khotbahnya, seakan dia tidak mendapatkan apa-apa dalam salatnya.

Tentu kita tidak ingin kebaikan yang turun kepada kita datang terlambat. Untuk itu, memulai segalanya dengan tepat waktu adalah keniscayaan. Tepat waktu adalah hal sederhana yang memiliki efek dahsyat. Jika semua orang Indonesia bisa tepat waktu maka tak perlu menunggu lama, bangsa ini akan bangkit menyalip bangsa-bangsa maju lain.

M Firdaus Khalimi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya