SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Jumadi, 35, kini memiliki peran ganda sebagai ayah sekaligus ibu dari Mita, 3, dan Nadin yang berusia satu bulan dan masih membutuhkan air susu ibu atau ASI. Istrinya, Shofi, 32, tutup usia di RSUD dr. Moewardi Solo setelah dirawat 16 hari akibat Covid-19, Jumat (9/7/2021).

Nadin dilahirkan lewat operasi caesar, satu hari setelah Shofi divonis terpapar Covid-19. Usia kandungannya waktu itu lebih dari delapan bulan. Sepeninggal sang ibu, Nadin kecil mendapatkan ibu susuan yang merupakan budenya. Beruntung saat itu sang bude punya anak berusia tiga bulan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berbeda dengan Mita yang mendapatkan ASI eksklusif secara tuntas sehingga sampai sekarang menolak susu formula, Nadin mendapatkan asupan ASI dari budenya serta tambahan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) yang lebih populer dengan nama susu formula. Jumadi mengonsumsi berbagai merek PASI asal cocok dengan sang anak.

“Saya muslim, jadi ada istilah saudara persepupuan. [Harus tahu jelas silsilahnya], Kalau engak tahu silsilah jelasnya saya takut ke depannya bagaimana,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (2/8/2021).

Pemberian ASI dari orang lain diselingi PASI menjadi alternatif. Dia terus berupaya mencari merek susu formula yang sesuai. Maklum, salah satu merek pernah menyebabkan anaknya mengalami masalah pencernaan.

Jumadi merupakan salah satu karyawan yang berkantor di PMI Kota Solo. Dia libur Minggu saja. Itu pun jika tidak ada kegiatan. Pada hari libur, dia membersamai anak-anaknya. Ketika Jumadi bekerja, kedua anaknya tinggal bersama sang bude di Boyolali.

“Saat saya di rumah, anak-anak 100% sama saya, mulai dari mandi, buang air besar, dan sebagainya. Karena memang anak saya ini kalau ada saya ya enggak mau dengan orang lain,” jelasnya.

Tanpa Ibu

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Solo, Sri Wahyuni, menjelaskan ada satu laporan ibu meninggal dunia saat melahirkan akibat pendarahan pada tahun ini. Sementara itu, tahun lalu, ada empat ibu meninggal dunia saat melahirkan akibat perdarahan dan eklamsia. “Sampai saat ini belum ada ibu melahirkan yang meninggal akibat Covid-19. Belum ada laporan,” paparnya.

Menurut dia, ada kesepakatan dengan Pemprov Jateng mengenai pendataan ibu yang meninggal dunia. Data Pemkot/Pemkab harus berbasis KTP, bukan dari lokasi ibu tersebut meninggal dunia.

Sementara itu, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Kota Solo mencatat adanya peningkatan permohonan sumbangan ASI) lantaran sejumlah ibu meninggal dunia setelah melahirkan atau menjalani isolasi akibat terpapar Covid-19. Perlindungan ASI menjadi tanggung jawab bersama.

Ketua AIMI Kota Solo, Dini Rosa Sitiayu, menjelaskan AIMI Kota Solo kerap menerima permintaan itu melalui admin AIMI maupun media sosial warga Soloraya. Permintaan ASI meningkat selama pagebluk Covid-19. Sejumlah ibu meninggal dunia setelah melahirkan sementara yang lainnya menjalani isolasi akibat terpapar Covid-19.

“Kami tegaskan AIMI bukan organisasi penyalur atau yang mewadahi donor ASI. Kami hanya mengedukasi donor ASI tentang prinsip kehati-hatian,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu (1/8/2021).

Menurut dia, belum ada lembaga yang mengurus donor ASI atau semacam bank ASI di Indonesia. Sumbangan ASI harus memerhatikan banyak faktor, antara lain cara memerah ASI, menyimpan ASI, hingga status kesehatan penyumbang. AIMI menyarankan ibu susuan dari kerabat terdekat untuk bayi yang kehilangan ibu.

IMD

“Ibu yang terkonfirmasi positif sangat bisa menyusui dengan protokol kesehatan [prokes] ketat. Sayangnya di Indonesia belum ada izin ketika ibu positif Covid-19 ini melahirkan, baik itu normal maupun caesar, menginisiasi menyusui dini [IMD],” jelas dia.

Dini mengatakan IMD lebih baik daripada mempertahankan rasa khawatir apabila si ibu menularkan Covid-19 ke bayi. Belum ada bukti ilmiah Covid-19 dapat menular melalui ASI. Menurut dia, isolasi mandiri dengan bayi tidak masalah sehingga tidak perlu donor ASI. Inisiasi menyusui dini merupakan upaya ibu memberikan ASI dalam satu jam setelah bayi lahir. Anak bisa langsung mengenali ibu dan terbiasa dengan ASI eksklusif.

“Salah satu contoh kasus ketika sudah dipisah ada konsekuensi ibu stres dan anak stres. Ibu stres berdampak pada ASI tidak bisa keluar. Mungkin punya niat terpisah dan memerah. Tapi, produksi ASI dipengaruhi sang bayi. Kalau enggak ada proses menyusui ya berpengaruh terhadap hormon menyusui,” ujarnya.

Pekan Menyusui

Pekan menyusui dunia 2021 dengan tema Perlindungan Menyusui Tanggung Jawab Bersama menjadi momentum pihak-pihak terkait memberikan perlindungan menyusui saat pandemi Covid-19. “Terkait fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, kami merekomendasikan perlindungan menyusui pada masa pandemi. Jadi ibu yang melahirkan tetap bisa IMD di ruang isolasi dengan prokes ketat,” kata dia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, proporsi IMD 34,5% yang meningkat menjadi 58,2% pada 2018. Sementara itu, Publikasi Kesehatan Ibu dan Anak 2020 BPS menunjukkan persentase bayi 0 sampai 5 tahun yang menerima ASI eksklusif terus meningkat di Indonesia sejak 2018.

Pada 2018, data menunjukkan 44,36% bayi menerima ASI eksklusif, 2019 sebesar 66,68%, dan 69,62% pada 2020. Spesialis Nutrisi United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), Ninik Sukotjo, mengatakan belum ada data resmi mengenai IMD dan proporsi ASI eksklusif Indonesia terbaru. Namun, ada kemungkinan angkanya turun.

“UNICEF menggaungkan menyusui saat pandemi Covid-19. Sementara, pemerintah mengeluarkan panduan saat pandemi Covid-19. Isinya adalah dukungan ibu menyusui. Seorang ibu yang terkonfirmasi positif tetap aman menyusui dari berbagai studi. Covid-19 tidak ada di ASI,” kata dia saat jumpa pers secara virtual, Rabu (28/7/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya