Solopos.com, KUDUS – Permintaan kedelai oleh para pengusaha tahu dan tempe di Kudus turun meski harga turun. Pengusaha setempat belum meningkatkan kapasitas produksinya.
Mengutip Antara, Senin (5/7/2021), Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Ma’ruf, mengatakan harga jual kedelai turun sudah sejak sepekan terakhir secara bertahap.
Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024
“Beruntung saat ini harganya turun hingga Rp900-an menjadi Rp9.850. Bahkan beberapa hari sebelumnya sempat turun menjadi Rp9.650 per kilogram, sebelum akhirnya naik menjadi Rp9.850/kg,” ujarnya.
Baca Juga : Desa Jepang Kudus Tak Bagikan BLT Jika Warga Enggan Vaksin
Ia menduga belum stabilnya permintaan kedelai impor karena kondisi pasar belum stabil dan daya beli konsumen juga rendah, mengingat sejak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat banyak pelaku usaha kuliner yang belum bisa berjualan secara normal.
Dinas Pasar Kabupaten Kudus menutup pasar tiban berskala besar ada enam lokasi, sedangkan skala kecil ada 13 tempat. Sementara jumlah pedagang di masing-masing pasar tiban cukup banyak sehingga permintaan tahu dan tempe juga menurun.
Sedangkan untuk stok kedelai impor di gudang mulai meningkat menjadi 45 ton, setelah sebelumnya hanya menyediakan stok kedelai 30 ton saat permintaan menurun dan harganya juga melonjak tinggi.
Baca Juga : Dishub Kudus Beri Tilang Dump Truck di Jalur Kota
Sementara jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an orang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.