SOLOPOS.COM - Ikan nila siap santap. (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI – Penjualan nila hasil budidaya di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, merosot sejak dihantam pandemi Covid-19 tahun lalu. Kini, para pembudidaya ikan itu berinovasi dengan menjual nila hasil olahan yang siap santap demi mempertahankan bisnis.

Bendahara Kelompok Mina Logereng Budidaya Ikan Nilai Desa Cepokosawit, Johan Harianto, mengatakan permintaan ikan nila terus merosot hingga 50 kilogram per pengepul dari semula pesanan bisa mencapai 1 ton per sekali kirim.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengepul biasanya datang dari kawasan Janti, Ponggok, dan sekitarnya. Hingga kini, pesanan dari para pengepul belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan seperti era sebelum pandemi.

Baca Juga: Kreatif, Ibu-Ibu PKK Karanggede Boyolali Sulap Pepaya Jadi Abon

Anjloknya permintaan ini juga diikuti dengan penurunan harga pasaran ikan nila. Semula ikan nila dijual dengan harga Rp27.000-Rp30.000 per kilogram. Kini, harga ikan nila turun menjadi Rp20.000-Rp22.000 per kilogram. Sekilo ikan nilai berkisar isi antara 3-5 ekor.

“Saat ini pengambilan rutin baru pedagang eceran paling 5 kilo, 10 kilo atau 20 kilo. Permintaan dari pengepul besar belum stabil karena orderan dari sananya juga belum stabil,” kata Johan, saat dihubungi Espos, Minggu (16/10/2021).

Di tengah sulitnya pemasaran ini sebetulnya ada tawaran metode penjualan sistem tebas kuras. Namun, sistem ini dinilai kurang menguntungkan bagi pembudidaya. Marjin laba yang diterima jauh lebih sedikit ketimbang dipasarkan kepada pengepul atau kepada konsumen langsung.

“Kalau perhitungan pancing tebas kuras dihitung-hitung labanya mepet. Makanya daripada risiko, mending kami ecer,” sambung dia.

Baca Juga: BPS Kaji Dampak Pandemi Terhadap Pelaku Usaha

Harga Pakan Terus Naik

Kendala lain yang dihadapi pembudidaya ikan nila di Cepokosawit adalah harga pakan yang terus naik. Harga pakan ikan naik dari semula Rp250.000 per sak menjadi Rp330.000 per sak. Bahkan, hampir setiap pekan harga pakan ikan selalu naik Rp3.000-Rp5.000.

Kenaikan pakan ini membikin marjin laba yang diterima pembudidaya makin tipis. Bahkan, pembudidaya harus merugi apabila ikan dijual dengan di bawah Rp20.000 per kilogram.

Untuk mengatasi hal ini, Johan berinisiatif menjual ikannya kepada konsumen langsung secara daring melalui jejaring media sosial. Pemasarannya menyasar pembelian eceran 1 atau 2 kilogram. Ia juga menyediakan nila olahan dalam bentuk bakar atau goreng yang siap disantap.

Baca Juga: 3 Pemanjat Tugu Triangulasi Terungkap, Dilarang Setahun Naik Merbabu

“Kondisinya kaya gini kami melayani [ikan nila] masak seperti bakar dan goreng. Kami juga menjual pembibitannya. Beli 1-2 kilogram juga tetap kami layani,” ujar Johan.

Kini, ia dan kelompok pembudidaya ikan nila menggarap pasar ikan nila olahan. Ia mengembangkan jejaringnya untuk memasarkan ikan nila bakar atau goreng masuk ke kantin-kantin pabrik, relasi perkantoran, kuliner kaki lima lamongan, dan lainnya.

Ke depan, ia sedang menggagas dibentuknya secamam pasar ikan untuk menggenjot penjualan ikan di Cepokosawit. Di pasar ini akan dijual berbagai produk hasil budidaya seperti nila, lele, gurame, udang, dan lainnya. Pasar ini akan mempermudah bertemunya pembudidaya dengan konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya