SOLOPOS.COM - Seorang petani di Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo, Klaten, menebar pupuk di lahan pertaniannya pekan lalu. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/SOLOPOS)

14.000 hektare sawah di Klaten memasuki musim panen.

Solopos.com, KLATEN–Puncak panen pada musim tanam (MT) I terjadi pada Maret-April ini. Potensi luas lahan panen pada Maret-April sekitar 14.000 hektare (ha).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Seksi (Kasi) Produksi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan rata-rata luas lahan panen pada MT I setiap bulannya 3.000-5.000 ha.

“Maret-April itu menjadi saat panen raya dengan luasan sekitar 14.000 ha. Kalau diambil rata-rata pada Maret dan April setiap bulannya padi yang ditanam pada lahan seluas 7.000 ha memasuki panen,” kata Lilik saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (5/3/2018).

Soal harga gabah di tingkat petani memasuki musim panen raya, Lilik mengatakan harga tersebut ditentukan oleh pasar. Ada kekhawatiran saat panen raya harga gabah cenderung turun. (baca juga: PERTANIAN KLATEN: Luas Sawah di Klaten yang Terasuransi Anjlok karena Petani Trauma)

“Saat panen raya seperti ini kecenderungannya harga gabah turun. Bagi pemerintah ini membahagiakan karena akan berdampak pada harga pangan yang turun. Namun, bagi petani mereka susah karena harga padi yang mereka tanam turun,” ungkap dia.

Namun, Lilik menjelaskan dari hasil pengamatan harga gabah di tingkat petani relatif stabil. Pada panen Februari, harga gabah di tingkat petani masih diatas Rp4.000/kg untuk gabah basah. Petani masih menjual ke penebas.

“Kalau harga di Bulog [harga pembelian petani] itu kan standarnya Rp3.700/kg untuk gabah basah. Jadi masih diatas HPP,” urai dia.

Meski demikian, Lilik berharap Bulog bisa memanfaatkan musim panen raya ini untuk memenuhi gudang mereka dengan membeli gabah dari petani. Hal itu dimaksudkan agar petani tetap mendapat untung ketika harga mulai turun saat panen raya.

Salah satu petani asal Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo, Suryono, 50, mengatakan pada Februari lalu petani di wilayahnya sudah memasuki musim panen. Harga jual padi di tingkat petani berkisar Rp4 juta per patok atau 2.100-2.400 meter persegi sawah.

Harga tebasan padi itu dinilai harga standar. Petani belum mendapat untung lebih jika dibandingkan biaya produksi yang sudah dikeluarkan.

“Biaya produksi itu kalau untuk satu patok bisa mencapai Rp2 juta seperti untuk pembelian obat tanaman serta biaya tenaga matun [mencabuti rumput],” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya