SOLOPOS.COM - Ekskavator berada di Desa Trobayan yang digunakan untuk membangun embung. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pertanian Sragen, warga Desa Trobayan menolak pembangunan embung.

Solopos.com, SRAGEN--Warga Dukuh Nyaen, Desa Trobayan, Kalijambe menolak rencana pembangunan Embung Samberembe dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) yang memakan dana APBN Rp4 miliar. Warga berencana mendatangi DPRD Sragen untuk menyampaikan aspirasi tersebut dalam waktu dekat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penolakan warga atas pembangunan embung itu muncul sejak adanya pematokan di lahan tegalan milik empat warga Nyaen pada Februari. Warga resah dan khawatir tidak bisa menikmati aliran air dari Daerah Irigasi (DI) Nyaen ketika embung dibangun. Keresahan warga memuncak ketika alat berat didatang ke lokasi pembangunan embung pada Kamis (3/3/2016).

Ketua RT 002, Dukuh Nyaen, Trobayan, Sugeng Santosa, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (5/3/2016), mengatakan lahan tegalan yang dipatok merah itu milik Kelik Widodo, Walidi, Senen, dan Kadiyo. Mereka warga RT 004 Dukuh Nyaen. Dia menjelaskan mereka kaget dengan munculnya patok itu karena sebelumnya tak ada sosialisasi dari pemerintah atau perangkat Desa Samberembe tentang pembangunan embung itu.

“Dulu, pemerintah Desa Samberembe merencana pembangunan embung itu di daerah hulu, yakni kawasan Gua Kucing. Rencana itu muncul pada 2013. Tiba-tiba lokasi dipindah di perbatasan Desa Samberembe dan Desa Trobayan pada 2016. Perpindahkan lokasi itu ujuk-ujuk [mendadak] dan tidak ada sosialisasi. Padahal jarak lokasi embung baru itu hanya 250 meter dari bendung DI Nyaen buatan Belanda,” ujar Sugeng.

Dia menyampaikan DI Nyaen peninggalan kolonial itu mampu mengaliri sawah seluas 71 hektare secara bergantian setiap tahun. Tahun pertama untuk 35 hektare dan tahun berikutnya untuk 36 hektare dan seterusnya. “Kalau Samberembe membuat embung itu tujuannya apa? Daerahnya juga dataran tinggi. DI Nyaen itu tidak hanya untuk irigasi sawah tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari warga Nyaen, seperti mencuci setiap hari. Kami khawatir bila warga tak bisa memanfaatkan DI Nyaen bila embung itu dibuat. Kami akan mendatangi DPRD untuk menyampaikan aspirasi kami,” ujar dia.

Kepala Desa Trobayan, Suparmi, mengumpulkan para tokoh satu desa di Balai Desa Trobayan, Jumat (4/3/2016) malam. Pertemuan itu untuk menindaklanjuti saran dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) agar persoalan pembangunan embung itu rampung. Suparmi menyampaikan saran dari DPU agar ada perjanjian kerja sama atau memorantum of understanding (MoU) untuk tiga desa, yakni Desa Keden, Samberembe, dan Trobayan dalam pemanfaatan air setelah embung dibangun.

“Namun warga tetap berkukuh untuk menolak pembangunan embung itu. Kami tidak bisa berbuat banyak karena kemauan warga seperti itu. Mereka tidak terima adanya embung itu. Apalagi sampai ada alat berat yang didatangkan ke Trobayan,” tambah dia.

Sementara, Kades Samberembe, Susilo, mengakui rencana pembangunan embung itu mutlak di wilayah Desa Samberembe. Dia melihat ada kepentingan pemanfaatan air bagi para warga di Trobayan. Susilo menginginkan persoalan antardesa itu dirembuk bareng bukan asal menolak. “Tujuan pembangunan itu kan untuk menyejahterakan rakyat. Awalnya memang ada kekhawatiran tak dapat air tetapi rencana pembangunan embung itu sudah dipelajari bersama BBWSBS. Selama ini sudah ada sosialisasi di Samberembe. Dari DPU juga sudah turun sampai ke kecamatan. Ketika Kamis sore alat datang warga jadi geger,” tutur dia.

Susilo mengatakan pembangunan embung itu merupakan salah satu program Gubernur Jawa Tengah untuk mengurangi dampak kekeringan di musim kemarau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya