SOLOPOS.COM - Pesawat latih Super Tucano (wikipedia.org)

Pesawat jatuh di permukiman dekat Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, setelah menukik. Super Tucano itu akhirnya menghunjam ke tanah.

Solopos.com, MALANG — Pesawat latih/tempur TNI AU Super Tucano Super Tucano TT-3108 yang jatuh di Jl. LA Sucipto, Gg 12, Blimbing, Malang, dekat Lanud Abdurrahman Saleh, Rabu (10/2/2016), diketahui sedang melakukan tes flight. Pesawat dengan dua kursi itu seharusnya melakukan manufer dan turun dari ketinggian 25.000 kaki hingga turun ke 8.000 kaki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Agus Supriatna, mengatakan tes flight itu sesuai dengan prosedur yang berlaku di TNI AU. Hal itu merupakan prosedur tetap yang harus dilakukan pada tiap pesawat setiap 50 jam, 100 jam, dan 300 jam.

“Tes flight itu scheduled maintenance, 50 jam sistem ini harus dicek, 100 jam harus apanya yang dicek, kalau sudah 300 jam harus dicek semuanya. Sistem ini sama dengan pabrikannya di Brasil sana,” kata Agus dalam wawancara jarak jauh yang ditayangkan live oleh Metro TV, Rabu siang.

Dalam tes pagi tadi, kata Agus, tes flight ini adalah hari kedua. Pada tahap ini, pesawat semula telah terbang ke ketinggian 25.000 kaki. Sesuai rencana, pesawat kemudian turun ke ketinggian 15.000 kaki dan melakukan seluruh manuver di sana. Setelah itu, pesawat turun ke ketinggian 8.000 kaki.

“Pada saat turun ke [ketinggian] 8.000 kaki ini, kemudian tidak ada calling lagi, dan terjadilah musibah itu,” ungkap Agus. Agus juga mengungkapkan bagaimana pesawat tersebut menukik dan menghunjam ke tanah.

Menurutnya, dari ketinggian 15.000 kaki tersebut, pesawat mengambil angle 30 derajat ke bawah atau sangat menukik untuk mencapai performance speed 320 knot. Karena itulah pesawat dalam kecepatan sangat tinggi saat jatuh. “Habis itu ya nunjem masuk tanah,” ujarnya. Baca juga: Korban Super Tucano: Pilot dan 2 Warga Sipil Meninggal Dunia, Teknisi Masih Dicari.

Hal itulah yang membuat tim evakuasi membuka kemungkinan posisi teknisi pesawat, Serma Saiful, ada di dalam tanah bersama pesawat. Kemungkinan itu didapat karena kursi lontar maupun parasut Saiful belum ditemukan. Karena itu pula, tim evakuasi masih menggali tanah di titik jatuhnya pesawat.

“Kita selidiki, itu di kecepatan berapa, terjadi karena apa. Secara normal, dia harus recover di 8.000 kaki untuk mencapai 320 knot, tapi tak ada calling, malah nunjem. Kita tidak tahu [sampai sekarang].” Baca juga: Sempat Berputar-Putar dan Menukik, Begini Kronologi Pesawat Jatuh di Malang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya