SOLOPOS.COM - Aman Maulana, petani jambu air di Desa Patupawon, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan menunjukan buah jambu siap panen di kebunnya, Kamis (23/9/2021). (Arif Fajar S)

Solopos.com, PURWODADI – Nama petani di Desa Watupawon, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan ini mirip penyanyi pria Indonesia, hanya kurang satu huruf R saja. Iya namanya Aman Maulana, 29, mirip dengan Arman Maulana. Tapi bukan soal nama, namun kiprahnya menjadi petani.

Kisah Aman Maulana menjadi petani jambu air disampaikannya ketika bertemu Solopos.com, di lahan seluas 1.000 meter miliknya. Lahan yang semula tak produktif, membuat Aman Maulana setelah lulus SMP memilih bekerja di proyek.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

“Iya kerja di proyek jadi kuli bangunan. Karena saat itu berpikirnya kerja langsung dapat uang. Tidak usah memikirkan pupuk, hama, dan merawat tanaman baru dapat uang,” kata Maulana, Kamis (23/9/2021).

Baca juga:

Ekspedisi Mudik 2024

Hingga akhirnya pada 2010 mulai bertani dengan mengolah lahan miliknya yang ada di samping irigasi. Karena, Maulana mengaku, ingin punya usaha sendiri sehingga tidak mengandalkan penghasilan sebagai kuli bangunan.

Menanam padi di lahan miliknya hingga 2015, namun karena jenis tanahnya yang keras atau kurang produktif hasil panenan tidak menjanjikan. Hingga pada akhirnya pada 2016 melihat tayangan di televisi mengenai bertanam jambu air.

“Akhirnya saya olah lahan lagi untuk tanaman jambu. Selama tiga bulan lahan diberi pupuk kandang dan kebutuhan lain hingga siap ditanami. Bibit jambu saya beli dari Blitar, Jawa Timur per bibit harga Rp30.000 sebanyak 50 batang,” ujar Maulana.

Baca juga: Sakti! Bakul Gorengan di Magelang Ini Balik Masakannya Dengan Tangan

Menurut Aman Maulana awal bertanam jambu air, ia tidak bisa langsung memetik hasilnya. Karena jambu air baru mulai berbuah setelah dua tahun. Untuk tetap mendapatkan hasil dari lahannya, ia menanam jenis tanaman lain di sela tanaman jambu air.

“Saya tanami papaya dan cabai di antara tanaman jambu, sehingga bisa tetap dapat uang. Namun setelah jambu air berbuah, saya fokus ke tanaman utama,” jelas Maulana.

Kendati demikian di awal bertanam jambu air, Maulana mengaku ada kendala yang dihadapi. Yakni hama tikus, kelelawar, dan burung kutilang. Untuk mengatasi hal ini, pagar dengan kawat ram menjadi pilihan untuk mengatasi hama tikus.

“Sedang untuk hadapi kelelawar dan kutilang, pohon saya tutup jaring. Namun akhirnya jaring saya lepas, kasihan banyak yang mati terperangkap jaring,” ujar Maulana.

Baca juga: Kebakaran Kandang Ayam di Tegowanu Grobogan, 20.000 Ayam Terpanggang

Harga Panenan Jambu Air

Selain itu, Maulana juga memiliki keinginan untuk menjadi petani yang ramah lingkungan. Keinginan tersebut akhirnya tercapai dengan adanya pendampingan dari Echo Green (Yayasan Penabulu) yang dibiayai Uni Eropa.

“Saya diajari cara membuat pupuk organik dan kalender musim tanam. Sehingga perlahan panen jambu saya meningkat. Dalam satu tahun bisa tiga kali panen, di mana sekali panen bisa mendapatkan hasil sekitar Rp15 juta,” tutur Maulana.

Ada beberapa jenis jambu air yang ditanam di lahan milik Maulana, seperti Madu Deli, Kusuma Merah, Taiwan Super Green, dan Kiojok Hijau (paling digemari). Harganya antara Rp15.000-Rp20.000 per kilogram. Pembelinya konsumen langsung yang tahu melalui teman dan status WhatsApp.

Baca juga: Ini Daftar Objek Wisata di Jateng yang Wajib Tunjukkan Aplikasi PeduliLindungi

“Pembeli datang ke sini [kebun jambu] petik langsung sambil selfi. Dari itu kemudian banyak yang tahu dan datang ke kebun,” ujar Maulana.

Kendati demikiaan Maulana berharap ke depan Pemerintah mampu membuat sistem yang bisa menjaga harga panen. Sehingga petani dapat menikmati hasil panennya dan semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk menjadi petani.

“Subsidi pupuk, bantuan benih atau bibit pohon tidak berarti apabila harga di saat panen tidak dijaga. Jika sudah ada sistem, semoga banyak generasi muda yang tertarik bertani untuk menghidupkan perekonomian desa. Saya juga siap berbagi ilmu pertanian, gratis,” pungkas Maulana. Selamat Hari Tani 24 September.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya