SOLOPOS.COM - ilustrasi (Sri Sumi Handayani/Dok)

ilustrasi (Sri Sumi Handayani/Dok)

SRAGEN–Petani di Pagak, Sumberlawang membutuhkan embung sebagai penampung air pada musim kemarau untuk mengairi sekitar 200 hektar lahan pertanian. Selama ini petani Pagak hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pamong Tani Desa Pagak, Sukardi, menjelaskan pada musim tanam ketiga kebanyakan lahan pertanian tidak ditanami karena tidak ada air. Padahal pada musim hujan dengan curah hujan normal, sawah di Pagak per hektarnya dapat menghasilkan sekitar 6,5 ton padi. Karena kurangnya sumber air, akhirnya pada musim tanam kedua pun dinilai hampir gagal. “Padi yang ditanam petani tidak jadi, akhirnya mereka pindah menanam jagung, tapi ternyata pertumbuhannya pun tidak maksimal,” jelasnya ketika ditemui Solopos.com, Rabu (18/7/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelumnya pernah ada rencana untuk membangun embung di daerah Pagak, karena pemilik tanah yang direncanakan menjadi tempat pembangunan embung tidak mengizinkan, akhirnya rencana tersebut gagal. “Dulu sudah lama sekali sejak akan dibangun embung, tapi sekarang belum ada rencana lagi,” jelasnya.

Padahal dengan satu embung yang dibangun tersebut, bisa menjadi penampung air yang dapat digunakan untuk 100 hektar lahan pertanian. “Tentunya petani sangat membutuhkan pengairan tersebut, supaya MT III lebih produktif,” jelasnya.

Saat ini, petani hanya berinisiatif untuk membuat cemplungan kecil atau tempat untuk menampung air di sekitar lahannya. “Ada petani yang buat cemplungan, mereka pakai air yang tertampung di situ untuk menyirami tanaman saat musim kemarau,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya