SOLOPOS.COM - Areal persawahan di Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, mengandalkan irigasi dari saluran Colo Barat. Foto diambil Senin (27/9/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI—Petani pengguna air dari saluran irigasi primer Colo Barat sangat berharap hujan mengguyur selama Oktober hingga November.

Jika hujan terjadi petani tak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk menyedot air irigasi dari sumur dalam/pantek selama masa pengeringan saluran irigasi Colo Barat. Apabila tak ada hujan, petani harus menyediakan dana lebih untuk biaya menyedot air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai informasi, sesuai kesepakatan antara petani dengan pemangku kepentingan terkait pengeringan saluran irigasi Colo Barat selama sebulan dimulai 11 Oktober mendatang atau mundur 10 hari dari pola tahunan yang ditentukan, 1 Oktober. Siklus ini untuk pemeliharaan saluran.

Baca Juga: Wader Favorit, Ini Harga Ikan Goreng di Kawasan WGM Wonogiri

Petani merasa tak puas lantaran pengeringan saluran Colo Barat hanya diundur 10 hari. Mereka khawatir sawah tak mendapat air secara maksimal sehingga berpotensi produksi padi anjlok.

Saluran Colo Barat melewati tiga daerah, yakni Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, dan Klaten. Sawah di Kabupaten Wonogiri yang mengandalkan pengairan dari saluran tersebut berada di Kecamatan Selogiri, yakni Desa Sendangijo, Nambangan, Jaten, dan Pule. Luasnya mencapai 470 hektare (ha).

Salah satu petani, Sri Wahono, 50, saat ditemui Solopos.com di sawah yang digarapnya di Desa Jaten, belum lama ini, mengatakan tanaman di sawah yang digarapnya saat ini berusia sebulan. Saat saluran dikeringkan tanaman berusia lebih kurang satu setengah bulan, sehingga masih harus mendapat irigasi yang cukup.

Baca Juga: Kalangan Pendidik di Wonogiri Yakin Pelajar SD akan Ikut PTM

Dia selalu menyedot air dari sumur dalam/pantek milik petani lain setiap saluran dikeringkan. Biaya penyedotan Rp30.000/jam. Pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, pengairan dari sumur dalam membutuhkan waktu 10 jam per penyedotan.

Penyedotan dilakukan 10 hari sekali untuk mengairi lebih kurang 2,5 ha. Saat ini warga Desa Jendi, Kecamatan Selogiri itu menggarap sawah seluas 5 ha.

“Setiap saluran mau dikeringkan petani di sini [Desa Jaten] biasanya sudah persiapan dana untuk biaya penyedotan air. Soalnya saya tidak punya sumur dalam, jadi harus sewa kalau mau menyedot air,” ujar Sri Wahono.

Baca Juga: Lantik 122 Kepsek, Jekek Ultimatum Kasus Asusila Jangan Terulang

 

Kemarau Basah

Apabila sebelum saluran dikeringkan hingga November hujan turun dia dan petani lainnya akan sangat senang. Petani tidak perlu lagi mengeluarkan dana lebih untuk menyedot air. Air hujan akan sangat menolong meski hujan turun hanya sesekali. Sri Wahono berharap hujan yang terjadi beberapa kali belakangan ini pertanda musim penghujan segera datang.

Sementara itu, Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Colo Barat, Rusdiyanto, mengatakan dari informasi yang diperolehnya Oktober hingga pertengahan November diprediksi masih kemarau basah. Hujan berpotensi terjadi, meski hanya sesekali seperti belakangan ini.

Panas juga tak seterik saat kemarau, sehingga sawah bakal tetap lembab meski tak mendapat irigasi. Berdasar pemetaan yang dilakukan, saat saluran Colo Barat dikeringkan nanti usia tanaman rata-rata 60 hari atau dua bulan. Ada juga yang berusia 70 hari.

Baca Juga: Warga Sedayu Klaten Soroti Penambangan Galian C, Pemdes Malah Tak Tahu

Lebih kurang 90 persen dari total sawah yang mengandalkan pengairan dari saluran Colo Barat seluas 3.412 ha berpeluang besar bisa panen dengan produksi maksimal, meski tak mendapat suplai air selama saluran kering. Sebagian kecil lainnya, yakni 10 persen, akan tetap membutuhkan air. Biasanya petani memenuhinya dengan cara menyedot dari sumur dalam atau sumur pantek.

Sebagian sawah mendapat pengairan meski tak sebesar kondisi normal. Sebagian lainnya sama sekali tak memperoleh air karena tak tersedia sumur.

“Yang 10 persen itu nanti tetap bisa panen, tetapi produksinya kurang optimal. Tapi kalau nanti [saat saluran kering] ada hujan, produksi bisa maksimal semua. Semoga saja nanti sering hujan. Awalnya kami memang tak puas pengeringan saluran hanya diundur 10 hari. Saat itu hitungan kami tanaman tidak bisa panen maksimal kalau hanya 10 hari pengundurannya,” ucap petani asal Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya