SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Wahid Wahyudi, memberikan sambutan dalam kegiatan PKKMB Universitas PGRI Madiun (Unipma) secara virtual, Selasa (7/9/2021). (Istimewa)

Solopos.com, MADIUN — Sebanyak 1.000 mahasiswa baru Universitas PGRI Madiun (Unipma) mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), Selasa (7/9/2021). Di era sekarang, mahasiswa harus bersiap menghadapi berbagai tantangan.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Wahid Wahyudi, mengatakan mahasiswa saat ini dihadapkan dengan tantangan-tantangan. Sehingga harus mampu menghadapi fenomena disrupsi. Fenomena ini ditandai dengan inovasi dan perubahan besar-besaran serta fundamental.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hadirnya teknologi digital, kata dia, mampu mengubah peradaban manusia. Kondisi ini menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi, termasuk mahasiswa.

“Pandemi Covid-19 yang merupakan bencana juga ada hikmah yang bisa diambil. Dengan adanya Covid-19, kita dituntut untuk masuk dalam teknologi digital. Pengaruhnya tidak hanya di dunia industri, tetapi juga di dunia pendidikan,” kata Kadisdik Jatim, Wahid yang mewakili Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di kegiatan PKKMB Unipma secara virtual.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: PKKMB Dimulai, 1.000 Mahasiswa Baru Unipma Siap Berprestasi di Masa Pandemi 

Pada masa pandemi, lanjut Kadisdik Jatim, dunia pendidikan dituntut kreatif dan memunculkan inovasi yang bermanfaat untuk proses belajar mengajar dengan baik. Pertama, fenomena disrupsi dan pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi mahasiswa supaya lebih inovatif.

Kedua, kata dia, para mahasiswa harus mampu menghadapi fenomena globalisasi. Hal itu ditandai dengan akselerasi intensitas hubungan, transplanetari, dan suprateritorialitas yang semakin borderless atau tanpa batas.

Ketiga, mahasiswa juga harus mampu menghadapi era media sosial. Saat ini media sosial berperan sebagai media mainstreem baru. Hal itu ditandai dengan tersedianya media yang sangat mudah digunakan dan penggunanya bisa saling berpartisipasi, berinteraksi, hingga menciptakan konten.

Baca juga: Siap-Siap, Seluruh Pelajar SMA Sederajat di Wonogiri Disuntik Vaksin Covid-19 Mulai Kamis

Mahasiswa Unipma Agen Perubahan

Keempat, fenomena gig economy atau kecenderungan generasi milenial untuk menjadi pekerja temporar dan independen. Generasi milenial cenderung berkeinginan bekerja sebagai freelance dan tidak terikat dengan perusahaan tertentu.

“Melihat fenomena-fenomena baru ini, mahasiswa dan perguruan tinggi membutuhkan berbagai upaya yang bersifat extraordinary. Tidak bisa lagi menempuh dengan cara-cara generasi sebelumnya,” jelasnya.

Melihat tantangan itu, perguruan tinggi harus bisa mengubah ekosistem belajarnya. Sedangkan mahasiswa perlu meneguhkan perannya sebagai agen perubahan, baik untuk diri sendiri, keluarga, komunitas, almamater, masyarakat, negara, bahkan untuk dunia.

“Masyarakat harus mengukuhkan sekaligus mengkokohkan diri. Melalui prinsip student today tomorrow. Mahasiswa hari ini adlaah pemimpin di masa depan. Oleh karena itu, segala aktivitasnya selama menyandang mahasiswa menjadi bagian mempersiapkan diri menjadi pemimpin di masa depan. Mahasiswa harus jadi leader, bukan pengikut. Bukan hanya mengikuti tren kekinian semata. Tetapi menjadi trensetter. Untuk menciptakan hal baru untuk masyarakat dan dunia yang lebih baik,” jelas Wahid.

Baca juga: PTM di Jateng Sepekan Berjalan, Ini Evaluasi dari Disdikbud Jateng

Kualitas SDM

Dia mengingatkan kepada mahasiswa baru di Unipma bahwa pembelajaran di dunia kampus sangat berbeda dari proses pembelajaran di jenjang SMA/SMK.

“Ini masa transisi. Untuk mewujudkan cita-cita kalian. Setelah lulus akan menghadapi dunia nyata dan dunia profesional yang merupukan perwujudan dari cita-cita kalian selama mengikuti pendidikan,” katanya.

Wahid menyarankan supaya mahasiswa baru Unipma bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar. Dia mengingatkan kualitas sumber daya manusias (SDM) ini yang akan menentukan Indonesia ke depan.

“Ketika melihat sejarah, banyak negara-negara yang tidak punya sumber daya alam, tetapi mampu mengantarkan ekonomi rakyatnya sejajar dengan negara maju karena didukung SDM yang sangat bagus. Sebalinya, juga kita lihat negara-negara dengan SDA melimpah tetapi belum mampu mengantarkan rakyatnya hidup sejahtera. Faktornya adalah SDM,” katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan pemerintah pusat hingga pemerintah provinsi Jawa Timur menjadikan pendidikan sebagai prioritas. Pemprov Jatim, kata dia, 51,7% dari APBD dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya