SOLOPOS.COM - Mariyati, 55, salah satu buruh tani memanen padi di lahan pertanian wilayah Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan, Senin (29/3/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Bupati Klaten, Sri Mulyani, menegaskan tak sepakat dengan rencana pemerintah terkait impor beras. Pasalnya, potensi beras dari hasil panen di Kabupaten Bersinar sudah melimpah.

“Saya sampaikan dalam forum rapat, potensi beras di Klaten itu melimpah ruah. Kalau ada rencana impor beras, tentunya menolak,” kata Mulyani saat ditemui Solopos.com seusai rapat koordinasi di Kecamatan Prambanan, Senin (29/3/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Satgas: Angka Corona Harian Naik 119 Persen Jika Warga Nekat Mudik

Dari data yang dihimpun, sepanjang 2020 produksi beras di Klaten sekitar 267.000 ton. Sementara, rata-rata konsumsi beras warga Klaten per bulan sekitar 10.545 ton. Dengan angka itu, Klaten masih surplus beras sebesar 140.000 ton. Sementara, pada Maret 2021 Klaten memasuki masa panen raya.

Soal dukungan kepada petani, Mulyani mewajibkan ASN membeli beras dari petani di Kabupaten Bersinar. Apalagi, Klaten memiliki beras unggulan dari varietas padi Rajalele Srinuk dan Srinar. Mulyani mengatakan pemkab sedang membuat formulasi untuk menggulirkan rencana tersebut.

“Sebentar lagi kan ASN ada TPP [tambahan penghasilan pegawai]. Kalau memang kuota [beras] mampu untuk memenuhi kebutuhan ASN, para ASN harus membeli beras dari petani. Kalau produksinya belum siap, khusus untuk eselon II dan III harus membeli beras dari petani. Yang utama yakni membeli beras Rajalele Srinuk. Selain itu, beras unggulan lainnya di Klaten. Ini dilakukan untuk menjaga harganya tetap tinggi,” kata dia.

Salah satu petani asal Desa Sumber, Kecamatan Trucuk, Klaten, Wardiyono, mengatakan rencana impor beras yang belakangan ramai diperdebatkan memberatkan petani.

Baca Juga: Videonya Viral, Cewek Maling Kosmetik di Toko Dekat UMS Solo Akhirnya Minta Maaf

“Rencana itu sangat menyakitkan bagi petani. Di saat petani panen, justru pemerintah mau impor beras. Karena ada isu impor beras hanya akan menghancurkan petani didukung alasan faktor hujan. Ini yang dijadikan alasan para tengkulak untuk menurunkan harga pembelian,” jelas dia.

Wardiyono menuturkan harga gabah kering panen (GKP) saat ini rata-rata Rp3.300 per kg hingga Rp3.400 per kg. “Padahal kalau ingin membuat tentram petani itu harganya di atas Rp4.000 per kg,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya