SOLOPOS.COM - Rawa Pening di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Instagram—wisatasemarang)

Solopos.com, UNGARAN Gempa yang terjadi di Salatiga, Banyubiru dan Ambarawa, Jawa Tengah pada 23 Oktober 2021 lalu menimbulkan pertanyaan besar tentang penyebabnya. Bahkan ada pihak yang mengkaitkan peristiwa gempa tersebut dengan aktivitas vulkanik di Rawa Pening.

Banyak yang mengira Rawa Pening merupakan bekas kawah gunung atau kaldera yang menjadi danau sehingga jika terjadi gempa, maka penyebabnya dikaitkan dengan aktivitas vulkanik di danau tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube Jogja Plus dengan judul video “Danau Rawa Pening Gunung Ungaran dan Fakta Gempa Ambarawa Salatiga Banyubiru”, Kamis (28/10/2021), melalui hasil penelitian oleh tim BMKG Pusat, dijelaskan bahwa gempa yang terjadi di Salatiga, Banyubiru hingga Ambarawa adalah gempa swarm atau gempa ringan dari sebagian kecil aktivitas vulkanik rentetan gunung yang berada pada satu jalur sesar  (thrust) yang sama. Gunung tersebut di antaranya adalah Gunung Merapi, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Gunung Merbabu.

Lalu apa hubunggan perisitiwa kegempaan yang terjadi dengan Rawa Pening? Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, banyak anggapan dari masyarakat bahwa Rawa Pening adalah danau kawah atau kaldera yang bisa saja menjadi salah satu titik sumber terjadinya gempa. Namun jika melihat dari penelitian oleh tim ahli geologi dan juga BPPTK Yogyakarta,  Rawa Pening terbentuk dari aktivitas Gunung Ungaran yang telah berlangsung selama berjuta-juta tahun yang lalu.

Baca Juga: Krisis Air Bersih di Pesisir Kendal Makin Parah

Gunung Ungaran merupakan salah satu gunung api nonaktif yang terbentuk dari subdubsi lempeng samudra Indo-Australia dibawah lempeng benua eurasia dan termasuk gunung yang aktif membentuk ring of fire (cincin api) Asia Pasifik.

Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian oleh tim geologi yang dipimpin oleh seorang ahli geologis bernama Kusumadinata pada 1970 lalu dengan melihat kerucut vulkanik yang terbentuk serta manifestasi panas bumi aktif yang terlihat dari banyaknya sumber air panas di sekeliling Gunung Ungaran

Terbentuknya Danau Rawa Pening

Sementara itu, berdasarkan morfostratigrafinya, aktivitas vulkanik Gunung Ungaran sudah mengalami periode aktivitas yang panjang. Tercatat ada tiga masa aktivitas Gunung Ungaran, di antaranya pertama terjadi pada masa pleitosen tengah yang menghasilkan kerucut tertua Gunung Ungaran dan medan-medan tajam. Aktivitas vulkanik ini berlangsung berjuta-juta tahun yang lalu, sehingga tidak tercatat secara jelas

Baca Juga: Lontong Tuyuhan Khas Rembang Penuh Makna

Kemudian masa Ungaran tertua hingga Ungaran tua; fase aktivitas ini menghasilkan endapan sedimen vulkanik di sekitar gunung. Kemudian yang ketiga adalah fase Ungaran tua-Ungaran muda. Dalam fase ini terjadi erosi atau reruntuhan dari endapan vulkanik yang bersifat destruktif dan salah satu hasilnya adalah timbulmya sebuah pengendapan material di area cekungan atau kaki gunung dan menyebabkan pembedungan aliran hingga membentuk sebuah kubangan yang kini dikenal sebagai Danau Rawa Pening.

Danau Rawa Pening bersumber dari hulu tiga gunung yang mengitari, yaitu Gunung Ungaran, Gunung Temoloyo dan Gunung Merbabu. Aliran air dari hulu tiga gunung ini seharusnya berhilir ke Laut Jawa. Namun karena adanya pengendapan ini, akhirnya aliran air dari hulu berkubang dan membentuk sebuah danau.

Peneltian ini membuktikan bahwa anggapan Danau Rawa Pening memiliki korelasi dengan aktivitas kegempaan yang terjadi di Salatiga, Banyubiru dan Ambarawa serta anggapan bahwa Danau Rawa Pening merupakan kaldera atau kawah gunung api adalah salah besar.

Baca Juga: Keren! Pemuda Jepara Ini Sulap Desa Terpencil Jadi Super Megah

Kepercayaan Warga Setempat Soal “Dasamuka”, Penyebab Gempa

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, seperti yang telah diberitakan oleh Solopos.com, gempa yang terjadi di area Gunung Ungaran, Telomoyo dan Merbau dikaitkan dengan keberadaan makam sosok Dasamuka.

Konon Dasamuka yang suka mabuk dikubur di kawah belerang yang ada di sekitar Gunung Ungaran, oleh Hanoman dalam perang besar memperebutkan Dewi Sinta seperti dalam kisah Ramayana. Dalam perang itu, Dasamuka yang sakti tidak bisa mati meski diserang dengan berbagai senjata oleh Rama. Hingga akhirnya, oleh Hanoman, Dasamuka dikubur hidup-hidup dibawah Gunung Ungaran yang sebelumnya diangkat oleh Hanoman.

Masyarakat sekitar percaya bahwa gempa kecil yang terjadi merupakan respon dari Dasamuka yang ingin keluar dari timbunan Gunung Ungaran yang menguburnya hidup-hidup. Bahkan konon katanya, gempa kecil ini terjadi jika ada seseorang membawa miras, dimana diceritakan Dasamuka adalah karakter yang suka mabuk-mabukan dan dia bisa mencium bau miras dengan kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya