SOLOPOS.COM - Peran orang tua sangat penting untuk mencegah anak laki-laki terjerumus dalam hubungan seksual sesama jenis. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI—Peran orang tua sangat penting untuk mencegah anak laki-laki terjerumus dalam lingkaran hubungan seksual sesama jenis (homoseks). Mereka perlu mendapat edukasi seks yang tepat sejak dini.

Penjangkau lapangan/pendamping pelaku laki-laki seks laki-laki (LSL) di Kabupaten Wonogiri, Sulastri, 45, saat ditemui Solopos.com di kawasan kota Wonogiri, pekan lalu, menilai, praktik LSL di Kabupaten Wonogiri memprihatinkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Banyak pelaku LSL masih remaja. Bahkan, tren jumlah mereka cenderung meningkat. Sulastri berharap kondisi ini menjadi perhatian semua pihak, terutama para orang tua. Orang tua harus melindungi anak sebelum terlambat.

Baca Juga:  Ternyata Ada 3 Tipe Pelaku Homoseks LSL di Wonogiri, Ini Tipe Tersebut

Ekspedisi Mudik 2024

“Beri anak edukasi tentang seks yang tepat. Jangan menganggapnya sebagai hal tabu. Kalau anak tidak tahu anak bisa saja mendapatkan materi-materi seks dari luar yang tidak tepat. Akhirnya mereka tahunya hubungan seks itu bisa dilakukan dengan sesama lelaki. Dari situ mereka bisa mengakses aplikasi kencan sesama lelaki,” terang Sulastri, warga Kabupaten Wonogiri itu.

Pihak terkait juga harus terus mendampingi anak lelaki yang menjadi korban kekerasan seksual/sodomi baik oleh sesama anak lelaki maupun oleh lelaki dewasa. Langkah itu penting agar mereka tak memiliki orientasi seksual sesama laki-laki yang dianggap masyarakat menyimpang.

Jika tak mendapat penanganan tepat, mereka dapat menyimpulkan bahwa hubungan seksual sesama lelaki adalah lazim. Akibatnya, mereka terdorong melakukan hal serupa kepada anak laki-laki lainnya.

Baca Juga: Objek Wisata di Klaten Boleh Buka, Harus Pakai Aplikasi PeduliLindungi

Selain itu anak laki-laki korban kekerasan seksual sesama jenis bisa trauma. Trauma yang berkepanjangan dapat melahirkan dendam, sehingga suatu ketika ingin melakukan hal sama dengan orang lain sesama lelaki.

Sayangnya, anak korban kekersan seksual sesama jenis jarang ada yang yang berani melapor kepada orang tua atau pihak lain. Orang tua atau wali dapat melihat ada tidaknya hal yang tak lazim dari perilaku anak.

Belum lama ini terungkap kasus seorang guru olahraga di salah satu SD di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, PPH, 35, melakukan kekerasan seksual terhadap enam siswa laki-laki selama kurun waktu 2016-2018. PPH mengaku pernah mengalami kekerasan seksual oleh teman laki-laki, tetapi tak sampai hubungan seksual. Dia melakukan tindakan tak senonoh kepada siswanya karena coba-coba.

Baca Juga: Objek Wisata & Hajatan di Klaten Akhirnya Diizinkan, Ini Persyaratannya

“Kalau melihat anak laki-laki yang sering bersama dengan temannya sesama laki-laki jangan beranggapan sebagai hal biasa. Apalagi jika mereka sering berada di kamar. Secara kasat mata memang mereka seperti sebatas teman saja. Perilaku anak perlu diawasi,” imbuh Sulastri.

Tak kalah pentingnya, orang tua perlu membuat komitmen saat memberikan telepon seluler (ponsel) kepada anak. Komitmen itu seperti bapak atau ibu harus bisa mengontrol ponsel anak sewaktu-waktu, anak harus memberitahu apa saja yang diaksesnya, dan sebagainya. Pemberian ponsel yang tanpa pengawasan bisa berakibat fatal.

Sulastri menginformasikan ada sejumlah lokasi yang sering digunakan untuk bertemu pelaku LSL, yakni kawasan Alun-Alun Giri Krida Bakti; Stadion Pringgodani Kelurahan Wonokarto, Kecamatan Wonogiri, plasa atau sekitar patung Bedoldesa, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri; dan Alas Kethu, kawasan kota Wonogiri.

Baca Juga: Pelaku Homoseks LSL Wonogiri, dari Orang Biasa sampai Pegawai Kantoran

 

Kencan

Setelah bertemu mereka berkencan untuk melakukan LSL di tempat tertentu sesuai kesepakatan, seperti hotel, rumah salah satu dari mereka yang sedang sepi, ladang, bahkan hutan, seperti Alas Kethu. Mereka saling menemukan melalui aplikasi kencan khusus sesama lelaki.

Aplikasi itu dengan mudah diunduh di telepon seluler (ponsel). Mereka dapat mengetahui posisi sesama pelaku LSL dalam radius tertentu. Mereka pun bisa berkomunikasi. Setiap anggota kencan memiliki data pribadi, termasuk nomor telepon dan foto.

“Lokasi bertemu dan melakukan LSL sesuai kesepakatan mereka. Bisa di mana saja. Kalau di kawasan kota Wonogiri lokasi yang sering dipakai di empat tempat itu,” ucap Sulastri.

Baca Juga: Waduh! Sedikitnya 200 Laki-Laki di Wonogiri Lakukan Homoseks LSL

Pantauan Solopos.com di Alas Kethu, Selasa (5/10/2021), ada jalan beton yang membelah hutan. Wilayah tersebut merupakan kawasan terbuka, sehingga siapa saja bisa memasukinya. Terdapat banyak jalan setapak menuju ke dalam area hutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya