SOLOPOS.COM - Marti (kiri) melayani pembeli di warung oleh-oleh ikan goreng Dik Danar miliknya di Dusun Sendang, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (1/10/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI—Usaha kuliner tumbuh seiring keberadaan sejumlah tempat wisata di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Rumah makan olahan ikan nila menjamur sejak 1990-an. Seiring berkembangnya usaha, pemilik juga menjual oleh-oleh berupa ikan goreng renyah.

Tak sedikit warga membuka usaha yang khusus menjual oleh-oleh ikan goreng. Dari waktu ke waktu penjual oleh-oleh ikan goreng semakin banyak lantaran usaha tersebut menjanjikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemilik usaha jual oleh-oleh ikan goreng Dik Danar di Dusun Sendang, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Marti, 45, saat ditemui Solopos.com di tempat usahanya, Jumat (1/10/2021), mengatakan pada kondisi normal atau sebelum pandemi Covid-19 usahanya dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga.

Baca Juga: DBHCHT untuk Kesejahteraan Masyarakat Klaten di Tengah Pandemi Covid-19

Pada hari biasa dia mampu menjual lebih kurang 50 kg ikan goreng berbagai jenis/pekan. Itu belum termasuk penjualan khusus pada Minggu yang mencapai puluhan kg.

Penjualan meningkat drastis setiap Tahun Baru. Selama dua hari momentum Tahun Baru ikan goreng yang terjual mencapai 1,1 ton. Dagangan yang paling laku wader goreng.

Pada momentum tersebut 600 kg wader goreng bisa terjual. Dagangan lainnya, yakni tawes, patin/jambal, dan udang goreng.

Baca Juga: Dari Operasi hingga Pentas Seni Demi Menggempur Rokok Ilegal di Klaten

Penjualan pada momentum libur Lebaran juga mencapai lebih kurang sama dengan saat Tahun Baru. Namun, penjualan tersebut dicapai dalam waktu lebih lama, yakni rata-rata sepekan.

Marti menjual dagangannya dengan harga bervariasi sesuai jenis ikan. Wader goreng 0,25 kg dijual seharga Rp20.000 (jenis wader biasa). Wader goreng yang lebih sedikit duri (orang menyebut babyfish) 0,25 kg dijual Rp25.000.

Wader biasa 1 kg dijual Rp75.000, sedangkan yang lebih sedikit duri Rp100.00. Konsumen boleh membeli 1 ons wader biasa seharga Rp8.000.

Baca Juga: Rugi Rp300 Juta karena Arisan Online, Pelaku Tusuk Korban di Wonogiri

 

Penjualan Meningkat

Tawes goreng dijual Rp50.000/kg. Jika ada yang membeli 0,25 kg dijual seharga Rp15.000. Patin seharga Rp60.000/kg tanpa kepala. Konsumen dapat membeli 0,5 kg dengan harga separuhnya. Kepala patin dijual 20.000/kg. Oleh-oleh kepala patin goreng paling cepat habis karena dagangan sedikit.

“Itu kalau sebelum pandemi Covid-19. Penjualan bisa tinggi karena banyak wisatawan. Selama pandemi Covid-19 penjualan turun drastis karena wisata waduk [Wisata WGM] dan wisata Desa Sendang tutup. Bahkan, sering sama sekali tidak ada pembeli. Pada awal pandemi saya tutup lebih dari tiga bulan,” kata Marti.

Sebulan terakhir penjualan mulai meningkat, meski belum pulih. Pada Senin-Sabtu Marti bisa menjual lebih kurang 1 kg/hari. Khusus Minggu mencapai 20 kg. Dia optimistis suatu saat nanti kondisi bisa normal kembali. Jika kondisi sudah baik semua usaha akan pulih.

Baca Juga: Ngeri! Preman Pasar Ngadirojo Wonogiri Tusuk Warga hingga HP Meledak

“Saya buka usaha ini sejak 2013. Sebelumnya saya dan suami bekerja di Jawa Barat. Saya buka warung makan, suami bekerja di tempat usaha orang. Kemudian saya punya ide jualan ikan goreng di kampung halaman. Awalnya usaha hanya kecil-kecilan,” ucap Marti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya