SOLOPOS.COM - Lapak wedangan tempat pasutri dan delapan anaknya tidur lantaran tak mampu bayar indekos di Kartasura, Sukoharjo. Foto diambil Rabu (15/9/2021). (Solopos/Indah Septiyaning W)

Solopos.com, SUKOHARJO —  Satu keluarga pasangan suami istri (pasutri) Cahyo Yulianto, 50, dan Wiwin Haryati, 48, asal Dukuh Kalitan, Desa Kertonatan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, dan delapan anak mereka terpaksa tinggal dan tidur di kolong meja lapak wedangan jualannya.

Lapak wedangan pasutri ini berada di pinggir Jalan Raya Solo-Semarang tepat di depan SMP N 3 Kartasura. Kolong meja berukuran 2×1 meter digunakan sebagai tempat tidur delapan anak dari pasutri tersebut. Mereka tidur hanya beralaskan tikar tipis dan beratapkan terpal. Sementara Cahyo dan sang istri tidur di lincak wedangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sudah empat hari tidur disini [lapak wedangan] karena tidak mampu bayar kos,” kata Wiwin saat berbincang dengan Solopos.com di lapaknya pada Rabu (15/9/2021) sore.

Baca juga: Sekeluarga Tidur di Kolong Meja Wedangan Kartasura, Sang Ibu Ternyata Sudah Lama Sakit

Mereka membuka usaha wedangan sejak enam tahun lalu. Beberapa kali juga Wiwin terpaksa memboyong anak-anaknya tidur di lapaknya karena tak lagi mampu membayar uang indekos.

“Kalau enggak bisa bayar kos ya terpaksa tidur sini. Hla bagaimana mau bayar kos, buat makan saja tidak cukup,” katanya.

Pasangan suami istri tersebut mempunyai 13 anak. Namun delapan anak kini tinggal bersamanya, dua sudah berkeluarga dan tiga sudah bekerja. Anak tertua berusia 30 tahun dan paling bontot berusia 6 tahun. Dari delapan anak yang tinggal bersamanya, tiga orang sekolah dasar (SD) dan satu anak SMP.

Tak Bisa Melanjutkan Sekolah

Anak-anak pasutri ini sebagian besar tidak mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMA, karena terimpit masalah ekonomi. Bahkan satu anaknya terpaksa tak bisa melanjutkan ke jenjang SMP karena tidak memiliki biaya sekolah.

“Sekarang bantu-bantu jualan di wedangan. Padahal anaknya ingin sekolah, tapi kami tidak punya uang. Yang masih sekolah saja nunggak-nunggak pembayaran,” ungkapnya.

Baca juga: Polsek Kartasura Bantu Keluarga yang Tidur di Gerobak Wedangan

Wiwin mengaku dalam beberapa hari ini dilanda keresahan karena uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) mulai dilaksanakan.

Sebab anak-anaknya tak lagi memiliki seragam sekolah dan sepatu. Bahkan tas dan perlengkapan sekolah untuk anaknya pun tak ada. “Bingung saya mau masuk sekolah tapi tidak ada seragam, tas dan sepatu,” jelasnya

Dalam sehari, pasutri tersebut mampu menerima pendapatan dari hasil jualan wedangan senilai Rp100.000. Uang tersebut hanya cukup untuk membeli makan bagi delapan anaknya. Sementara untuk membayar tempat indekos rata-rata Rp600.000 per bulan, pasutri ini tak mampu.

Sebelumnya, satu keluarga ini tinggal di sebuah indekos tak jauh dari lokasi mereka jualan. Namun karena nunggak berbulan-bulan, dan tak bisa membayar, pemilik indekos meminta untuk mencari tempat tinggal lain.

“Sekarang tinggal di sini dulu. Kalau nanti ada uang buat bayar kos ya kami pindah,” katanya.

Baca juga: Intai Ikan Gabus dengan Panjat Pohon, Warga Dalangan Sukoharjo Ditemukan Kalap di Sungai Wangan

Selain terimpit ekonomi, Wiwin Haryati ternyata mengalami pembengkakan kelenjar getah bening pada bagian leher. 17 tahun lamanya, Wiwin harus menahan sakit akibat penyakit tersebut.

“Saya sudah sakit ini [memperlihatkan benjolan pada bagian leher] 17 tahun. Dulu hanya benjolan kecil dan membesar seperti sekarang,” tutur Wiwin.

Polisi Berikan Bantuan

Wiwin tak lagi memiliki biaya untuk berobat. Uang hasil jualan wedangan bersama suami hanya mampu mencukupi kebutuhan makan satu keluarganya.

“Dulu pernah berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Soekarno. Tapi hanya diberi penahan rasa sakit. Kalau diminta operasi saya tidak memiliki biaya,” tuturnya.

Sebenarnya, Wiwin terdaftar sebagai penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun kartu tersebut telah digadaikan ke salah satu pedagang pasar sebagai jaminan meminjam uang senilai Rp150.000. Uang tersebut kemudian digunakan Wiwin untuk membeli kebutuhan makan keluarganya.

Baca juga: 2 Orang di Sukoharjo Tepergok Buang Limbah ke Bengawan Solo Pakai Mobil Bak Terbuka

Kondisi satu keluarga yang memilukan ini membuat viral di media sosial (medsos) hingga Kapolsek Kartasura AKP Mulyanta tergugah hatinya untuk membantu keluarga tersebut. Bantuan yang diberikan yakni sejumlah uang, sembako dan mainan anak-anak.

“Alhamdulillah ini tadi dapat bantuan dari Pak Kapolsek, ini nanti untuk cari indekos,” kata Wiwin.



Sementara itu, AKP Mulyanta mengaku mendapat informasi itu dari media sosial (medsos). Sehingga ia mengajak anggotanya untuk melihat secara langsung kondisi warganya tersebut.

“Kita berikan mainan untuk anak-anaknya agar terhibur karena kondisi saat ini, semoga kondisi mereka segera pulih, begitu juga dengan Covid segera hilang, sehingga perekonomian kembali membaik,” kata AKP Mulyanta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya