SOLOPOS.COM - Ilustrasi, perbaikan saluran air (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solopos.com, JAKARTA — Saluran air buatan Belanda di kawasan Stasiun Bogor, Jawa Barat bisa dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah baru, seperti Beijing Lu Station.

Tim kajian dari unsur Pemerintah Kota Bogor, Arkeologi Jawa Barat, dan tim ahli meminta saluran air buatan Belanda di kawasan Stasiun Bogor dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah baru. Hasil penelusuran tim kajian pada Kamis (14/10/2021), terdapat tiga saluran air yang dibangun sekitar 1880-an.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saluran air berbentuk setengah lingkaran itu saling terhubung dan mengarah ke kolam yang disinyalir tempat pengolahan limbah sebelum dibuang ke Sungai Cipakancilan. “Harapan kami yang sudah ditemukan itu bisa dipertahankan. Segera dijadikan destinasi wisata sejarah,” kata Kepala Balai Arkeologi Jabar, Deni Sutrisna, seperti dilansir liputan6.com, Sabtu (16/10/2021).

Baca Juga : Tinjau Mandalika, Airlangga Yakin Event Balapan akan Gairahkan Ekonomi

Ketua Tim Kajian Saluran, Wahyu Gendam Prakoso, menerangkan tim peneliti telah mengidentifikasi penemuan saluran air di kawasan Stasiun Bogor. Saluran air membentang di bawah Jalan Nyi Raja Permas dan MA Salmun dibangun sekitar tahun 1880-an.

Saluran itu difungsikan dari masa ke masa. Saluran itu telah mengalami beberapa kali perbaikan dari era kolonial Belanda sampai tahun 1956. Hal itu terlihat dari teknik pembuatan, struktur, dan adanya kombinasi material bangunan yang tersusun pada fisik bangunan saluran air.

“Itu bisa dilihat dari material bermacam-macam. Ada yang menggunakan material bata, ada juga yang kami temukan berupa susunan batu. Jadi kemungkinan itu tidak berasal dari satu masa saja,” terang Wahyu.

Baca Juga : Ikonik! Menara Kembar di Pekalongan Jadi Penjara Tercantik di Indonesia

Wahyu menyebutkan terdapat tiga saluran air di kawasan itu. Tinggi saluran air dari permukaan hingga dinding atas sekitar lebih dari 2 meter. Wahyu menyampaikan manusia bisa dengan leluasa berdiri tegak di dalam saluran air.

Dari tiga saluran air, satu titik membentang dari arah Taman Wilhelmina (Taman Topi). Satu lagi dari emplacement Stasiun Bogor. Terakhir, mengarah ke Sungai Cipakancilan.

Dua di antara mengarah ke bangunan berbentuk kotak dengan kedalaman mencapai 2,5 meter dan lebar 5 meter. Bangunan itu disinyalir kolam.

“Berdasarkan dokumen dan peta sejarah dari beberapa sumber termasuk PT KAI, cukup akurat. Bangunan itu pertemuan dari beberapa saluran dan arahnya jelas. Yang satu dari arah Nyi Raja Permas. Ada yang sejajar dengan stasiun. Satu lagi ke arah Sungai Cipakancilan,” kata Wahyu.

Baca Juga : Ini Dia 4 Masjid di Semarang dengan Bangunan Unik

Wisata Sejarah ala Indonesia

Berdasarkan peta dari PT KAI juga terdapat dua kolam yang disinyalir berfungsi sebagai pengolahan limbah rumah tangga dan aktivitas masyarakat pada zaman Belanda. Sebelum akhirnya dibuang ke Sungai Cipakancilan.

“Penyaringan air ini jumlahnya sepasang. Satu titik lokasinya ada dekat Sungai Cipakancilan dan satu lagi di Jalan Pabrik Gas, MA Salmun,” ujarnya.

Kepala Balai Arkeologi Jabar, Deni Sutrisna, menambahkan akan ada perluasan depo di Stasiun Bogor. Lokasi saluran air yang dibangun zaman kolonial Belanda itu tepat berada di bawahnya.

Baca Juga : Situs Watu Kucur di Jombang, Dulu Punden yang Dikeramatkan Warga

Deni meminta Pemkot Bogor mengingatkan PT KAI agar perluasan depo tidak mengganggu atau merusak bangunan bersejarah itu. “Jangan sampai pecinta cagar budaya kecolongan. Setidaknya terkait temuan itu. Siapapun stakeholder yang punya kepentingan ke depan harus melestarikan peninggalan sejarah,” kata Deni.

Deni mengingatkan semua pihak terutama pemangku kebijakan bahwa pembangunan harus diiringi pelestarian sejarah. Namun, muncul kendala. Tim kajian dari Balai Arkeologi Provinsi Jawa Barat dan Universitas Pakuan belum bisa menembus dua kolam retensi itu karena terkendala akses masuk.

“Kami belum bisa tembus karena akses. Kalau kami lewati Stasiun Bogor diperkirakan (kolam) letaknya di bawah gardu PLN. Jadi enggak mungkin kan bongkar gardu,” ucap Wahyu.

Baca Juga : Karam Sejak 1936, Bangkai Kapal Van Der Wijck Akhirnya Ditemukan

Wahyu membayangkan jika kawasan Stasiun Bogor dikembangkan. Maka gambarannya akan mirip seperti Beijing Lu Station di Guangzhou, China. Konsep pedestrian dan stasiun terintegrasi dengan wisata sejarah.

“Kota Bogor bisa seperti di sana. Saat ini sedang dibangun alun-alun. Ada pedestrian terintegrasi dengan stasiun. Nah nantinya bisa dipadukan dengan bangunan kuno yang kami temukan ini. Menjadi wisata sejarah,” ujarnya.

Selain mempertahankan bangunan, lanjut Wahyu, bisa sebagai sarana edukasi sejarah bagi warga Bogor. “Ini akan memberi nilai tambah bagi Pemkot Bogor untuk mendatangkan wisatawan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya