SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Jumat (25/6/2021).

Solopos.com SOLO -- Kebocoran bantuan pemerintah di masa pandemi kembali terjadi. Informasi tersebut menjadi topik utama yang diulas pada Koran Solopos edisi hari ini, Jumat (25/6/2021) dalam berita berjudul Bantuan Modal Rp1,8 T Bocor.

Penyaluran bantuan modal bagi pelaku usaha mikro (BPUM) 2020 senilai Rp2,4 juta/penerima dalam skala nasional bocor senilai Rp1,18 triliun. Kebocoran itu diketahui berdasar laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (LHP BPK).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penyaluran bantuan stimulan modal agar pelaku usaha mikro bangkit di tengah pandami Covid-19 tersebut salah sasaran. Pemerintah pusat membantah temuan BPK itu. Para pelaku usaha mikro di Kabupaten Wonogiri menyatakan tak kaget lantaran sejak awal mengetahui penyaluran BPUM tak tepat sasaran.

Baca Juga: Kasus Pertama, Nakes di Wisma Atlet Meninggal karena Covid-19

Berita lain yang dimuat pada Solopos hari ini:

Jangan Kambinghitamkan PSBB

Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro dengan alasan menjaga perekonomian terus mendapatkan kritik. Korban terus berjatuhan termasuk anak-anak, sedangkan ekonomi dipastikan di bawah target.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan memilih PPKM mikro daripada lockdown (karantina wilayah) atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengatasi ledakan kasus Covid-19 dengan pertimbangan faktor ekonomi. Namun, alasan ekonomi diper tanyakan mengingat ekonomi sulit tumbuh di tengah ancaman.

2 Pekan 1.001 Kasus Covid-19

Selama dua pekan terakhir, kasus Covid-19 di Kota Bengawan mengalami lonjakan cukup signifikan dibandingkan sebelumnya.

Selain itu, jumlah kematian juga bertambah. Tercatat dalam dua pekan sejak Rabu (9/6/2021) hingga Rabu (23/6/2021), tambahan kasusnya menyentuh 1.001, sedangkan jumlah kematian mencapai 33 jiwa. Kumulatif kasus pada Rabu kemarin mencapai 12.463 dengan kasus aktif 966 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengakui angka tersebut cukup tinggi dan lebih parah dibandingkan lonjakan kasus pada Januari lalu.

Baca Juga: Wacana Jokowi-Prabowo untuk Pilpres 2024, Fadli Zon: Ada Upaya Jegal Prabowo

"Kalau melihat angkanya seperti ini, artinya pasien-pasien yang dirawat gejalanya berat. Nah, kalau rumah sakit [RS] sudah penuh, bagaimana mereka bisa dirawat? Karena itu kami fokus menggarap hulu. Kalau enggak digarap, RS benar-benar jebol," kata dia kepada wartawan, Kamis (24/6/2021) siang.

Ning, panggilan akrabnya, menyebut tingginya angka kematian tersebut didominasi oleh warga pralansia dan lansia usia 50 tahun ke atas. Hal itu dikarenakan mereka memiliki faktor pemberat yakni penyakit komorbid atau penyerta.

Berbagai berita pilihan yang dimuat di Koran Solopos Hari Ini bisa disimak di Espos Premium.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya