SOLOPOS.COM - Korban arisan fiktif, NZ, warga Solo, menunjukkan grup arisan online seusai mengadu ke Mapolresta Solo, Senin (12/9/2020) sore. (Solopos/Ichsan Kholif Rahman)

Solopos.com, SOLO — Fenomena arisan online di wilayah Soloraya baru-baru ini dinilai terkait dengan kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai. Kondisi pandemi Covid-19 ditengarai telah mengakselerasi akses masyarakat kepada budaya online.

Pendapat tersebut disampaikan sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ahmad Romdhon, saat dimintai tanggapan Solopos.com ihwal maraknya arisan online.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Momentum pandemi Covid-19 otomatis mengakselerasi akses kepada budaya online, karena keterbatasan mobilitas atau ruang gerak. Dan dampak keterbatasan mobilitas secara tak langsung ke pendapatan,” tutur dia, Sabtu (18/9/2021).

Karena tuntutan situasi dan kondisi saat ini, Romdhon mengatakan arisan online lantas menjadi model baru yang dijalani sejumlah orang. “Model baru dari kondisi sosial yang dinamis, sekaligus merespons situasi pandemi saat ini,” ujar dia.

Baca Juga: Hati-Hati Penipuan Arisan Online, Sudah Mbledos di 4 Daerah Soloraya ini

Praktik arisan online sangat ditunjang dengan semakin masifnya akses terhadap teknologi informasi yang membuat munculnya beragam bentuk adaptasi dari budaya lama, salah satunya arisan. Arisan menurut Romdhon merupakan budaya masyarakat. Namun seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, akhirnya budaya lama itu akhirnya diadaptasikan.

Diberitakan solopos.com sebelumnya, beberapa waktu terakhir muncul banyak kasus penggelapan bermodus arisan online yang dilaporkan ke kepolisian.

Nilai arisan yang digelapkan dan berbuntut pelaporan kepada pihak berwajib itu mencapai ratusan juta rupiah. Seperti arisan online dengan peserta sejumlah wanita di Soloraya dan terlapor berinisial J.

Salah seorang peserta arisan, Ananda, menyebutkan nilai total arisan mencapai ratusan juta rupiah. Dia melaporlan J lantaran tidak ingin terjadi kasus serupa di kemudian hari. Ananda juga ingin uangnya segera kembali.

Baca Juga: Jangan Sampai Jadi Korban, Ini Tips Terhindar dari Penipuan Arisan Online

Gaya Hidup Mewah

Salah seorang advokat di Kota Solo, Sutarto, menilai fenomena maraknya arisan online di Soloraya sebagai representasi gaya hidup masyarakat. Era kemajuan zaman belakangan ini menuntut eksistensi dari sekelompok orang.

“Saya melihat ini fenomena gaya hidup di era kemajuan zaman yang serbamutakhir belakangan ini,” ujar dia, Kamis (16/9/2021).

Sayangnya, menurut Sutarto, fenomena gaya hidup tersebut bisa dibilang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Secara kultural, dia menjelaskan, bangsa Indonesia mempunyai karakter hidup sederhana. Sedangkan fenomena gaya hidup masyarakat modern cenderung pada gaya hidup mewah. Karena tuntutan gaya hidup mewah itu lah melahirkan fenomena arisa online.

Para pelakunya, menurut Sutarto, ingin mendapatkan dana segar sebanyak-banyaknya dengan cara yang mudah. “Dana yang diiming-imingi oleh marketing besar, akan mendapatkan sekian-sekian, sangat besar sekali. Besar sekali,” kata dia.

Baca Juga: Sejoli Tipu-Tipu Arisan Online Investasi, Gunakan Selebgram untuk Gaet Peserta

Di sisi lain Sutarto mengatakan masyarakat dengan gaya hidup mewah-mewahan itu kurang jeli dalam mengkaji aspek keamanan atau perlindungan hukumnya. Mereka kurang memperhatkan aspek legalitas dari semua aktivitas mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya