SOLOPOS.COM - Ilustrasi masjid. (pixabay.com)

Solopos.com, JAKARTA — Suara azan di Jakarta, Indonesia, menjadi sorotan media internasional, Agence France-Presse (AFP). Laporan bertajuk Ketakwaan atau gangguan kebisingan? Indonesia mengatasi reaksi volume azan yang diterbitkan Kamis (14/10/2021) itu mengatakan mengkomplain volume azan di Indonesia akan berbuntut panjang.

Salah satu narasumber AFP adalah muslimah berusia 31 tahun yang namanya disamarkan menjadi Rina. Dikabarkan Detik.com, Rina mengidap gangguan kecemasan yang tidak bisa tidur, mual saat hendak makan, dan takut mengkomplain suara azan dari masjid di dekat rumahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

AFP menyebutkan bahwa azan dan masjid merupakan dua hal yang dihormati di Indonesia. Dengan demikian mengkritisi azan dan masjid akan berujung pada tuduhan penistaan agama. Oleh sebab itu, Rina menyebut tidak ada yang berani mengkomplain hal tersebut.

Baca juga: Masjid di Jerman Diperbolehkan Kumandangkan Azan Tiap Jumat

Setiap hari Rina terbangun pukul 03.00 WIB katena terusik dengan suara pengeras suara dari masjid di dekat rumahnya.

“Pengeras suara tidak cuma digunakan untuk azan tapi juga untuk membangunkan orang 30 hingga 40 menit sebelum salat subuh,” katanya.

Di Indonesia ada sekitar 750.000 masjid yang memiliki beberapa speaker eksternal untuk menyiarkan suara azan. Bagi Rina, suara dari masjid saat malam hari berdampak pada kesehatannya, sekitar enam bulan belakangan.

“Saya mulai mengalami insomnia, dan saya didiagnosa mengidap gangguan kecemasan setelah selalu terbangun di malam hari. Sekarang saya mencoba membuat diri saya selelah mungkin supaya saya bisa tidur nyenyak tanpa mendengar suara bising itu,” kata Rina.

Baca juga: Asale Ikan Dewa: Asli Indonesia hingga Dianggap Keramat

Sementara itu Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla, memperkirakan setengah dari seluruh masjid di Indonesia memiliki tata akustik ruangan yang buruk, sehingga memperparah kebisingan.

“Ada kecenderungan untuk menaikkan suara masjid supaya azan bisa terdengar oleh sebanyak mungkin orang dari jauh. Karena mereka beranggapan itu adalah tanda kebesaran Islam.” jelas koordinator program akustik DMI, Azis Muslim.

DMI berjuang meminimalisir ketegangan masyarakat dengan cara menyediakan layanan perbaikan sound system dari pintu ke pintu. Ada 7 ribu teknisi yang bekerja untuk pekerjaan ini dan telah memperbaiki audio di lebih dari 70.000 masjid.

Baca juga: Penjualan Mobil & Motor Bensin Bakal Disetop, Nasib Kendaraan Lawas?

Melaporkan masalah suara azan di Indonesia adalah hal yang sangat sensitif. Pada 2012 lalu, Wapres Boediono pernah dikecam ketika menyarankan volume azan dibatasi.

Pengamat dari UIN Syarif Hidayatullah, Ali Munhanif, mengatakan masyarakat muslim di Indonesia biasanya marah jika ada komplain terhadap pengeras suara masjid yang biasa dipakai untuk azan. Sebab mereka mengira pengumuman melalui pengeras suara masjid adalah syarat keagamaan.

Dengan demikian, Rina pun enggan menyuarakan keberatannya meskipun merasa terganggu. “Saya enggak punya pilihan kecuali hidup dengan itu atau menjual rumah saya,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya