Longsor kembali terjadi di jalur Solo-Selo-Borobudur atau SSB wilayah Selo dan beberapa tempat lain di Boyolali akibat hujan deras pada Sabtu-Minggu (9-10/3/2024).
Seorang siswa SMAN 1 Cepogo, Boyolali, meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal menabrak tiang di pinggir jalur SSB wilayah Cepogo, Senin (19/2/2024).
Tiga kecamatan di Kabupaten Boyolali terdampak cuaca ekstrem berupa hujan dan angin kencang yang mengakibatkan bencana longsor serta angin puting beliung yang merusak rumah, Jumat (19/1/2024).
Pengemudi dua kendaraan yang terseret material longsor di jalur SSB wilayan Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Selo, Boyolali, Jumat (19/1/2024), selamat tanpa luka.
Jalur SSB di wilayah Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Selo, Boyolali, yang terdampak tebing longsor sudah bisa dilewati kendaraan meski baru satu jalur pada Jumat (19/1/2024) siang.
Peristiwa tebing longsor sepanjang 75 meter di jalur SSB wilayah Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jumat (19/1/2024), terjadi setelah hujan selama dua hari dua malam.
Arus lalu lintas di jalur Solo-Selo-Borobudur atau SSB di Desa Lencoh, Selo, Boyolali, macet parah dari kedua sisi akibat tebing longsor pada Jumat (19/1/2024).
Dua kendaraan terseret material longsor hingga masuk ke ladang warga yang lebih rendah enam meter dari jalur Solo-Selo- Borobudur (SSB), Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Selo, Boyolali, Jumat (19/1/2024).
Asal mula Irung Petruk Boyolali tidak berkaitan dengan kisah tokoh wayang Punakawan, Petruk, melainkan tokoh penyebar agama Islam yang bertubuh tinggi dan berhidung mancung mirip Petruk.
Bencana longsor tidak hanya terjadi di jalur Solo-Selo-Borobudur atau SSB, Cepogo, tapi juga di jalur Cepogo-Jeruk, Gunung Sentir, Boyolali, Kamis (2/3/2023).
Pengendara yang melintas dari Pasar Cepogo hingga Cepogo Cheese Park membutuhkan waktu hingga satu jam karena padatnya kendaraan. Padahal jarak tempuh di jalur itu dalam kondisi normal hanya sekitar 11 menit.