Kepala Pasinaon Tata Busana Keraton Solo, RM Riyo Panji Restu Budi Setiawan, menilai penggunaan nama Surakarta dan Sala memiliki sejarah yang berbeda. Tanggal hari jadi Kota Solo juga dinilainya tak tepat.
Di balik gencarnya pembangunan fisik, kawasan simpang Joglo Solo menyimpan histori yang menarik lantaran erat hubungannya dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran.
Stasiun Balapan Solo yang menginspirasi mendiang Didi Kempot dalam mencipta lagu merupakan stasiun paling besar dan bersejarah di Kota Solo, Jawa Tengah.
Masjid Agung Surakarta dirancang sama bentuknya dengan Masjid Demak, berbentuk joglo dan beratap tajuk susun tiga yang melambangkan Islam, iman, dan ihsan (amal).
Bangunan gapura bersejarah terdiri atas dua klasifikasi sesuai lokasinya, yaitu gapura batas kota dan gapura di sekitar lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta.
Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IA Solo yang dulu pernah menampung tahanan politik pasca-gerakan 30 September bakal dipindahkan ke Karanganyar lantaran over kapasitas.
Stasiun Solo Jebres merupakan saksi sejarah perkeretaapian yang cukup sibuk di Pulau Jawa sekaligus menjadi tempat menyebarnya wabah pes di Kota Bengawan.
Kawasan Kampung Beton di Kelurahan Sewu, Jebres, Solo, dulu menjadi saksi bisu kesibukan salah satu dermaga pelabuhan terbesar di Sungai Bengawan Solo.
Ada sejumlah bangunan peninggalan pemerintah maupun orang Belanda yang masih ada sampai saat ini di Solo serta dirawat maupun dimanfaatkan dengan baik sebagai bagian dari sejarah.
Raja Keraton Solo Paku Buwono atau PB X menjadi raja tersukses dengan kekayaan yang mampu mengantar kerajaannya mencapai kejayaan dan masa keemasan di awal abad ke-20.
Pada masa jayanya, wilayah kekuasaan Keraton Solo pernah sampai Banyumas di barat dan Malang di timur, namun wilayah itu berkurang dengan seiring pemecahan kerajaan.
Kantor Bondoloemakso Solo merupakan salah satu warisan budaya berbentuk bangunan yang pernah digunakan sebagai bank dan kantor pegadaian pada masa itu.
Konsep Pajupat Kalima Pancer, kesatuan dari empat arah dengan yang kelima sebagai pusatnya diterapkan dalam pendirian Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang kini juga dikenal dengan Kota Solo.
Kirab malam 1 Sura Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada Jumat (30/7/2022) malam Sabtu (31/7/2022), dipastikan tanpa kehadiran kebo bule sebagai cucuk lampah.
Kendati berasal dari satu leluhur yang sama, Kerajaan Mataram Islam, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Keraton Kasultanan Yogyakarta memiliki ciri khas batik yang serupa namun tak sama.
Ada satu makam kuno di kompleks Beteng Trade Center atau BTC, Pasar Kliwon, Solo, yang diyakini sebagai makam Raden Pabelan dari masa Kerajaan Pajang sekitar 400 tahun lalu.
Sejarah kawasan Gladak, Solo, merujuk pada aktivitas menyeret paksa hewan hasil buruan Raja Keraton Solo dari kandangnya di wilayah Krapyak, belakang Kantor Pos.
Bekas kompleks permakaman Tionghoa di Bong Mojo, Kecamatan Jebres, Solo kembali ramai diperbincangkan karena menjadi lokasi hunian liar di antara nisan makam megah yang berusia puluhan tahun dan syarat sejarah.
Kota Solo memiliki nama lain yakni Surakarta dan Sala, namun Presiden Sukarno atau Bung Karno memilih Sala lantaran Solo merupakan sebutan pemberian Belanda yang tidak sesuai dengan sejarah aslinya.
Empat mahasiswa dari Palestina dan satu mahasiswa dari Fiji peserta IPCOS Summer Course Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengunjungi Monumen Pers Nasional Solo.
Klenteng Tien Kok Sie yang juga dikenal sebagai Vihara Avalokiteswara di selatan Pasar Gede memiliki altar Thian Siang Sing Bo atau dewi laut yang menjadi bukti bahwa Solo dahulunya merupakan kota pelabuhan.
Studio Musik Lokananta Solo yang kini mengalami kerusakan menjadi saksi perjalanan penyebarluasan seni pertunjukan gaya Surakarta sampai ke seluruh penjuru Nusantara.
Pembongkaran Shelter Pedagang Kaki Lima ( PKL ) Manahan, Solo yang dimulai Minggu (15/05/2022) kian menampilkan deretan pohon cemara udang yang melingkari Stadion Manahan yang usianya jauh lebih tua daripada Stadion Manahan sendiri.
Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Solo pada 9-12 September 1948 dilatarbelakangi kegagalan Indonesia mengirim atlet ke Olimpiade XIV di London, Inggris karena passport Indonesia ditolak.
Kawasan Semanggi di tepi Sungai Bengawan Solo konon memiliki dermaga besar yang menjadi jalur transportasi masa klasik dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur, dimana salah satu sungai terpanjang di Indonesia itu pada era lampau lebih dikenal dengan nama Ci Wulayu atau Bengawan Semanggi.
Pasar Gede Hardjonegoro adalah pasar tertua di Kota Solo yang diresmikan oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, S.I.S.K.S. Paku Buwono (PB) X pada 1930, di mana pada tempo dulu, pedagang pasar itu menggunakan andong dan gerobak sapi atau cikar untuk mengangkut dagangan.
Balai Kota Solo yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman pernah menjadi penjara ratusan tahanan politik (tapol) pasca G30S/PKI 1965, sehari setelah Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tiba di Kota Bengawan.
Kampung Sambeng dan Kleco Solo pernah menjadi saksi penangkapan bos Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara (DN) Aidit, yang disebut menjadi dalang dalam pembunuhan sejumlah jenderal TNI pada malam 30 September 1965.
1 tahun yang lalu
Mariyana Ricky P.D / Priyono / Pusat Dokumentasi Solopos
Oetomo Ramelan atau Utomo Ramelan adalah Wali Kota Solo ke-8 yang berasal dari Partai Komunis Indonesia (PKI), sehingga membuatnya dieksekusi atau dihukum mati pasca peristiwa G30SPKI, yang dikenal sebagai pendiri lokalisasi Silir dan merintis pendirian Universitas Kota Praja Surakarta (UPKS), cikal Universitas Sebelas Maret (UNS) saat ini.
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, praktik perkecuan atau kecu atau bandit sosial menempati posisi tertinggi tindak kriminalitas di wilayah Vorstenlanden Surakarta atau Soloraya, yang terjadi akibat kesenjangan status sosial yang tinggi, serta pengaruh kebijakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Surakarta atau Solo sempat menjadi tempat tinggal bandar candu atau opium raksasa yang sanggup memasok dan menguasai hampir perdagangan candu di seluruh Pulau Jawa, sekitar 1860-an, dimana kala itu, menghisap candu menjadi hal wajar dan legal.
Overste Slamet Riyadi di momentum Agresi Militer Belanda II pada 19-20 Desember 1948 memerintahkan untuk meledakkan dan membakar Kantos Pos Gladak Solo yang menjadi bagian dari pembumihangusan seluruh objek vital Pemerintah RI agar tak dikuasai Belanda.
Jembatan Jurug yang bakal direvitalisasi tahun ini menjadi salah satu saksi bisu modernisasi Kota Solo yang semula adalah kota bandar yang dihuni masyarakat kuli, menjadi kota kerajaan.
Jalan Slamet Riyadi bukanlah jalan tertua di Kota Solo, melainkan Jalan dr Radjiman yang merupakan poros Gunung Merapi yang dipilih Keraton Kartasura untuk menjadi saksi boyongan ke Surakarta pada 1745 silam.