SOLOPOS.COM - Korban arisan fiktif, NZ, warga Solo, menunjukkan grup arisan online seusai mengadu ke Mapolresta Solo, Senin (12/9/2020) sore. (Solopos/Ichsan Kholif Rahman)

Solopos.com, SOLO -- Salah satu korban dugaan penipuan arisan online, NZ, warga Solo, mengaku awalnya tergiur oleh influencer yang mengiklankan arisan tersebut via Instagram.

NZ kemudian mengikuti arisan itu karena berharap bisa menabung demi membiayai hidup dalam kondisi pandemi Covid-19 yang serbasulit. Ia pun mendaftar dan langsung dimasukkan grup Whatsapp dengan anggota sekitar 45 orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

NZ berinteraksi secara online bersama peserta arisan lain yang kini juga menjadi korban. Menurutnya, sejak Juni 2020 arisan online itu berjalan lancar.

Solo Tambah 11 Kasus Covid-19, Satgas: Banyak Warga Abai dan Lupa Saat Ini Masih Pandemi

Para korban arisan online yang sebagian orang Solo itu menyetor mulai dari Rp500.000 hingga Rp10 juta. "Sistem arisan online ini sistem menurun juga. Banyak juga kami para korban yang tertipu lelang pemenang arisan," papar perempuan asal Solo ini bersama korban lainnya, GA dan AN, Senin (12/10/2020).

Siang itu, NZ bersama dua rekannya itu baru saja mengadukan ihwal dugaan penipuan arisan online itu ke Polresta Solo.

Menghilang

Melanjutkan ceritanya, NZ mengatakan pada akhir September penyelenggara arisan yang merupakan warga Wonogiri berinisial A sempat meluncurkan jual arisan lelang.

43 Orang Jadi Korban Arisan Fiktif Di Solo, Kerugian Sampai Ratusan Juta Rupiah

Namun, A tidak pernah mengumumkan pemenang lelang itu. Menurutnya, seharusnya pemenang lelang arisan Rp500.000 memperoleh Rp900.000 namun A malah menghilang.

"Sebelum menghilang, pelaku sempat menyampaikan via grup Whatsapp ia sedang mengalami kesulitan keuangan. Tapi ia memastikan mengganti uang pemenang lelang itu," jelas warga Solo korban arisan online itu.

NZ menambahkan pelaku sempat berjanji akan menyelesaikan masalah itu secara kekeluargaan. Namun, semua nomor teleponnya saat dihubungi tidak ada yang aktif.

Tidak Pakai Demo, Ini Langkah Buruh Solo Tolak Pengesahan UU Cipta Kerja

Setelah itu, dengan pendamping LBH Soloraya, NZ dan korban arisan online lainnya mendatangi rumah A di Wonogiri. Namun, ternyata A sudah menghilang bersama seluruh keluarganya.

Karena itulah, NZ kemudian mengadukan masalah tersebut ke Polresta Solo. Menurut NZ, selain uang, ada arisan online berupa handphone oleh A.

Belum Pernah Bertemu Penyelenggara

Tidak ada rentang waktu tertentu dalam menyelesaikan arisan itu. Ia dan korban lainnya yang juga berasal dari Solo mengakui sejak awal mengikuti arisan online itu belum sekali pun pernah bertemu langsung dengan A.

Ikut Ditangkap Saat Ada Demo Di Balai Kota Solo, Puluhan Pelajar Disuruh Sungkem Ortu Sebelum Dilepas

Menurutnya, dari awal A sudah menjamin arisan itu amanah. A juga bersikap sangat ramah dan supel. Sehingga, sejak awal tidak ada kecurigaan, apa lagi empat bulan awal arisan berjalan lancar.

"Kami tidak pernah ketemu, seluruh komunikasis via grup Whatsapp. Termasuk transaksinya lewat transfer bank. Pembayarannya H-1 sebelum jatuh tempo. Sehingga, kami mengira semua berjalan aman," imbuhnya.

NZ dan teman-temannya akhirnya membawa kasus ini ke jalur hukum karena kerugian akibat dugaan penipuan ini cukup besar. Perkiraan kerugian totalnya mencapai Rp400 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya