SOLOPOS.COM - Akses Kampung Tirang yang rusak (Sumber: Suara.com)

Solopos.com, TEGAL – Kampung Tirang adalah sebuah delta dengan luas 13,581 meter persegi di tengah muara yang berlokasi di pesisir utara Kota Tegal, Jawa Tengah. Secara administratif, Kampung Tirang ini berada di sebelah barat Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kelurahan Tegalsari yang memang dikenal sebagai kawasan kampung nelayan.

Dilansir dari Suara.com, Senin (20/12/2021), meski tidak jauh dari pusat kota, namun kampung ini terisolir selama bertahun-tahun. Hal ini dikarenakan wilayah kampung terpisah oleh sungai dengan wilayah pemukiman lainnya yang berada di satu kelurahan. Sungai tersebut merupakan akses kapal dan perahu nelayan yang pulang dan pergi melaut.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Kampung Tirang Tegal hanya dihuni oleh 12 kepala keluarga (KK) yang bekerja sebagai nelayan. Mayoritas hunian mereka adalah bangunan semi permanen. Rumah-rumah tersebut dibuat dengan dinding dari potongan kayu dan papan serta lantainya masih berupa tanah. Sedangkan bagian atapnya ada yang menggunakan seng.

Baca Juga: Tegal Darurat Kekerasan Seksual, Belasan Anak Dicabuli

Kampung Tirang Tegal Terisolir

Salah satu warga yang tinggal di Kampung Tirang, Husein, mengaku sudah sejak tahun 2000-an tinggal di sana bersama istri dan seorang anaknya. Untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau mengakses layanan kesehatan, warga harus menyebrangi sungai menggunakan rakit atau perahu nelayan.

Meskipun ada jalan lain yang dapat dilalui tanpa menyeberang sungai, yaitu lewat Kelurahan Muarareja, namun Husein lebih memilih menggunakan rakit dan menyebrangi sungai dikarenakan jalan pada akses darat tersebut rusak. Selain itu, dia juga tidak memiliki sepeda motor dan hanya memiliki sepeda kayuh saja.

Akses listrik juga sempat tidak didapat dan baru memperoleh layanan listrik sekitar tiga tahun lalu. Husein juga mengatakan bahwa tanah yang dia tinggali merupakan tanah milik pemerintah dan dia harus bersiap diri jika sewaktu-waktu diminta untuk pindah. Husein juga menambahkan bahwa pemukiman ini dulu adalah tanah kosong dan dia beserta penghuni lainnya tidak membayar sewa, hanya membayar listrik saja.

Baca Juga: Lokalisasi Ditutup, Begini Nasib PSK Sunan Kuning Semarang

Ketiadaan akses jalan yang memadai tak hanya menyulitkan warga ketika hendak menuju ke wilayah lain, tetapi juga membuat sejumlah anak di Kampung Tirang putus sekolah. Sepertiyang dialami warga bernama Prasetyo yang saat ini berusia 14 tahun dan sudah seharusnya duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) namun karena kondisi, dia harus berhenti sekolah saat masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar (SD).

Ibu dari Prasetyo, Sumiyati, menjelaskan bahwa anaknya tersebut tidak mau sekolah karena letak sekolahnya berada di Kelurahan Tegalsari dan dia harus menyeberangi sungai setiap hari untuk sekolah. Selain bersama Prasetyo, Sumoyati tinggal di Kampung Tirang Tegal bersama suami dan tiga anaknya. Dua kakak Prasetyo juga tidak tamat SD dan bekerja sebagai ABK di kapal pencari cumi.

Pengembangan Kampung Nelayan

Sementara itu dihimpun dari Wikipedia, pada 2015, pemerintah sempat mencanangkan Kampung Tirang sebagai proyek percontohan kampung nelayan dengan melibatkan akademikus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Proyek itu didukung suntikan dana tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) salah satu BUMN. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain melakukan penataan kampung nelayan di Pulau Tirang seluas 35 hektar (Ha) dan pembangunan rumah susun nelayan di Tegalsari seluas 13,581 meter persegi dengan dana dari CSR BUMN tersebut.

Baca Juga: Benarkah Dialek Ngapak Berasal dari Suku Kutai? Begini Sejarahnya

Untuk mewujudkan kedua rencana tersebut, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Khusus Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia menerjunkan personel bersama tim Pusat Kajian Permukiman dan Perumahan (Pusperkim) UGM yang dipimpin Prof Budi Prayitno dari Ikatan Arsitek Indonesia. Mereka melakukan survey di Kampung Tirang seluas 15 Ha di Tegalsari.

Destinasi Wisata Baru

Dilansir dari sebuah kajian ilmiyah dari Marantika Giilang Asmoro dari situs digilib.isi.ac.id, dalam agenda program pengembangan ini, pada 2018 lalu, warga Kampung Tirang dipindahkan sementara ke kawasan ujung timur Pantai Muarareja. Namun hingga tahun 2020, proyek tersebut belum terlaksana dan tanah kosong yang tidak memiliki nilai guna.

Kondisi yang terjadi di Kampung Tirang Tegal ini juga pernah diangkat dalam sebuah film berjudul Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo yang diproduseri oleh Ifa Isdansyah.

Film yang mememangkan beberapa penghargaan dari festival film berskala nasional dan internasional ini menceritakan sosok Turah, warga Kampung Tirang yang hidup dalam keterbatasan. Film berdurasi 79 menit ini berhasil memberikan dampak di mana fasilitas listrik akhirnya dapat dirasakan oleh warga setempat setelah tiga tahun perilisan film tersebut.

Baca Juga: Desa Wisata Sumurup Semarang, Tawarkan Warung Makan di Tengah Sawah

Meskipun menjadi kampung yang terisolir, Kampung Tirang saat ini sedang dalam proses menjadi  destinasi wiasta bahari baru di Kota Tegal. Hal ini diinisiasi oleh masyarakat di Kelurahan Tegalsari yang tergabung dalam Kelompok Tirang Jaya yang telah mengajukan destinasi wisata baru kepada Pemerintah Kota Tegal. Destinasi wisata baru yang diajukan adalah Pantai Kampung Tirang.

Ketua Kelompok Tirang Jaya, Posim Fauzy menjelaskan bahw pengajuan destinasi wisata baru tersebut untuk mendorong perekonomian warga setempat yang sudah lama terisolir. Dengan dibukanya Pantai Kampung Tirang ini, warga setempat dapat membuka usaha baru seperti membuka warung dan usaha-usaha lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya