SOLOPOS.COM - Ilustrasi berhubungan seksual. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI—Para homoseks laki-laki seks laki-laki (LSL) di Kabupaten Wonogiri dengan mudah saling menemukan, berkencan, hingga akhirnya terjadi hubungan seksual melalui aplikasi kencan khusus sesama laki-laki.

Sebelum bertemu, mereka saling memberi informasi masing-masing tipe. Ada tiga tipe, yakni both yakni berperan sebagai perempuan, top berperan sebagai laki-laki, dan verb yang dapat berperan sebagai laki-laki maupun perempuan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tipe top dan verb bisa biseksual. Mereka bersedia menjalani hubungan dengan perempuan. Ada dari mereka yang sampai berkeluarga dan memiliki anak. Namun, hal itu tak menghilangkan orientasi seksual sesama lelaki mereka.

Baca Juga: Objek Wisata di Klaten Boleh Buka, Harus Pakai Aplikasi PeduliLindungi

Hubungan bisa berlanjut ketika pelaku LSL bertemu dengan sesama pelaku LSL dengan tipe berbeda. Misalnya, both bertemu dengan top atau verb begitu pula sebaliknya. Mereka tidak mau berhubungan seksual dengan sesama tipe, seperti sesama both. Sebab, tipe itu merasa sama-sama memiliki jiwa perempuan.

“Ada juga yang menjajakan diri untuk kepentingan ekonomi. Biasanya yang tipe verb. Dia menawarkan diri kepada pelaku LSL both maupun top,” imbuh Sulastri.

Salah satu penjangkau lapangan, Sulastri, mengatakan hubungan LSL berptensi menimbulkan HIV/AIDS. Ini karena mereka sering berganti-ganti pasangan.

Baca Juga: Objek Wisata & Hajatan di Klaten Akhirnya Diizinkan, Ini Persyaratannya

“Karena itu kami intensif memberi edukasi seks aman dan mendorong mereka mengakses layanan tes HIV/AIDS. Jika HIV/AIDS diketahui sejak awal penanganan bisa segera dilakukan,” ujar Sulastri yang sering memberi pendampingan kepada banyak pelaku LSL di Wonogiri, saat ditemui Solopos.com di kawasan kota Wonogiri, pekan lalu.

Sementara itu, pendamping orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Wonogiri, Rinasari, 39, mengatakan pelaku LSL yang bersedia menjalani tes HIV/AIDS masih minim. Ada beberapa alasan, seperti mereka tak mau mengetahui bahwa mereka mengidap HIV/AIDS.

Alasan lainnya yaitu mereka memahami jika mengidap HIV/AIDS harus mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) setiap hari. Obat itu memiliki efek kurang bagus untuk kulit dalam waktu beberapa bulan. Mereka tak mau mengalami hal itu agar badannya tetap menarik.

Baca Juga: Pelaku Homoseks LSL Wonogiri, dari Orang Biasa sampai Pegawai Kantoran

 

Lebih 200 Orang

Sulastri mengungkapkan pelaku LSL dewasa di Kabupaten Wonogiri dari berbagai profesi. Dari orang biasa, karyawan, hingga pegawai kantor pemerintahan. Sementara, pelaku LSL remaja dari pelajar hingga mahasiswa.

Melalui aplikasi kencan khusus sesama laki-laki, pelaku LSL dapat mengetahui posisi sesama pelaku LSL dalam radius tertentu. Mereka pun bisa saling berkomunikasi. Setiap anggota aplikasi memiliki data pribadi, termasuk nomor telepon, dan foto.

“Ketika bertemu orientasi mereka untuk melakukan hubungan seksual. Jarang ada sampai terjalin hubungan asmara yang berlangsung lama atau saling setia,” ucap Sulastri.

Baca Juga: Waduh! Sedikitnya 200 Laki-Laki di Wonogiri Lakukan Homoseks LSL

Sulastri mengatakan jumlah laki-laki berorientasi seksual dengan sesama laki-laki lebih dari 200 orang. Mereka tersebar di berbagai kecamatan. Jumlah itu tercatat sejak 2020. Jumlah mereka berpeluang bertambah banyak seiring berjalannya waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya