SOLOPOS.COM - Upin Ipin salah satu kartu dari luar negeri. (Google Images)

Solopos.com, SOLO–Indonesia dibanjiri tontonan luar negeri misalnya drama Korea (drakor) dan kartun Upin Ipin. Padahal karya anak bangsa tak kalah berkualitasnya dengan bikin luar negeri.

Fakta Indonesia darurat tontonan luar negeri itu diungkap Ketua KPI, Agung Suprio. Menurutnya Korea Selatan adalah salah satu negara yang berhasil. Tayangan dari negara tersebut dinilai tidak cuma mampu menjadi idola di beberapa negara, tapi bahkan bisa mendatangkan warga dari negara lain untuk berkunjung.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

“Jadi lebih kepada sifat-sifat PR [public relation]. Kalau saya lihat misalnya Korea punya drakor yang bisa dijadikan PR pemerintah Korea untuk kemudian banyak hal yang orang bisa nonton drakor, kemudian meningkatkan sektor pariwisata Korea,” ujar Agung Suprio seperti dikutip dari Detik.com, Jumat (10/9/2021).

Menurut Agung Suprio Indonesia juga seharusnya bisa seperti Korea Selatan. Yang terpenting, menurutnya tayangan yang disajikan bisa punya kualitas dengan daya saing tinggi.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: 6 Benda Ini Bisa Bikin Betah Ngantor di Rumah

“Saya berbicara ini dengan konteks budaya Indonesia. Sehingga Indonesia kemudian bisa membuat suatu konten animasi produk budaya lainnya yang bisa ditayangkan yang tak cuma di Indonesia, tapi di luar negeri dan itu mewakili Indonesia,” paparnya.

“Saya bayangkan Indonesia mungkin lebih beraneka dari Malaysia, lebih bermajemuk dari Malaysia, ini bisa dipamerkan dalam bentuk kartun,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Agung Suprio juga menilai tayangan kartun Upin dan Ipin adalah salah satu bentuk propaganda Malaysia.

“Upin-Ipin itu bisa dikatakan propaganda, propaganda yang positif. Upin-Ipin itu bisa mengenalkan Malaysia atau citra Malaysia kepada dunia luar yang multikultural, sopan, ramah dan religius,” kata Agung Suprio.

“Biaya produksi kartun itu sangat mahal, itu kenapa televisi beli gelondongan. Sudah sekalian teks dan alih suara,” ungkapnya kepada detikcom
Menurutnya, secara kultur Upin dan Ipin juga dekat dengan budaya Indonesia. Ia menggambarkan animasi tersebut mengangkat tentang perbedaan suku yang juga dekat dengan Indonesia.

Lantas apa solusinya? Apakah KPI bisa menyetop membanjirnya tontonan dari luar negeri itu?

“KPI tentu saja tak bisa jadi polisi dalam pengertian menyetop tayangan kartun dari luar. Karena ada regulasi P3SPS,” tuturnya.

Baca Juga: Begini Cara Mengukur Intensitas Olahraga Sudah Tepat atau Belum

P3SPS merupakan pedoman dan standar bagi kegiatan penyelenggaraan penyiaran baik TV maupun radio di Indonesia. Saat ini, yang berlaku adalah P3SPS tahun 2009.

Di dalam regulasi itu, disebutkan konten asing hanya dibatasi sebanyak 40 persen. “Kalau konten asingnya belum melewati 40 persen, maka kartun tersebut diperbolehkan. Yang tidak diperbolehkan itu kartun dewasa, yang memperlihatkan pornografi, yang boleh adalah kartun yang mengedukasi,” ungkapnya.
Agung Suprio menyebut serial animasi Upin dan Ipin sebagai propaganda Malaysia. Animasi tersebut dianggap berhasil memperkenalkan Malaysia ke dunia luar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya