SOLOPOS.COM - Wasit Craig Pawson melihat monitor yang merupakan VAR (Video Assistant Referee) (JIBI/Reuters/Jason Cairnduff)

Solopos.com, SOLO – Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, meminta PSSI dan PT LIB lebih dulu meningkatkan kualitas wasit terlebih dulu sebelum menerapkan Video Assistant Referee (VAR) di Liga Indonesia.

Akmal mengatakan wacana penggunaan VAR telah muncul sejak dua tahun lalu namun hingga saat ini masih nihil. Menurutnya, hal itu dikarenakan penggunaan VAR tidak mudah seperti membeli televisi di toko elektronik yang bisa digunakan semaunya.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

“Ketika banyak kasus di lapangan Liga 1, Liga 2, Liga 3 bahkan kompetisi Elite Pro Academy (EPA) U-18 terkait blunder keputusan wasit semua berteriak Sepakbola Indonesia butuh VAR. Lalu direspons oleh LIB dengan mengaku siap menggelontorkan dana 6 juta dolar US sekitar Rp 84 miliar untuk membeli VAR dan akan menggunakannya musim depan. Penggunaan VAR tidak mudah,” kata Akmal kepada wartawan, Minggu (31/10/2021).

Baca Juga: Hasil Lengkap dan Klasemen Liga Inggris, Chelsea Jauhi Liverpool

Ia menambahkan penggunaan VAR membutuhkan persiapan 1,5 tahun setelah berkonsultasi dengan FIFA. Akmal menyebut ada 18 kriteria yang harus dipenuhi sesuai dengan law of the games yang dikeluarkan International Football Association Board (IFAB) atau Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional sebagai pengatur sepak bola.

Pada saat penggunaan VAR harus ada tiga operator yang selalu siaga mengawasi dan dari dua itu merupakan wasit terlatih terkait VAR. Lalu ada wasit tidak harus berlisensi FIFA namun sudah dilatih menggunakan alat komunikasi yang terhubung dengan VAR.

“Jadi dalam satu laga minimal butuh 4 empat wasit dan satu cadangan untuk asisten wasit. Jika dengan VAR, tambah di belakang dua wasit dan harus ada tujuh wasit per laga yang sudah dilatih FIFA selama 6-8 bulan. Ada asistensi dari FIFA selama setahun pertama juga ada beberapa dasar dari FIFA yang harus dipatuhi sebelum bisa diaplikasikan secara penuh. Salah satunya jumlah minimum license (izin) wasit yang mengoperasikan VAR,” terang Akmal.

Ia menambahkan penggunaan VAR memerlukan 20 kamera dalam satu laga. Sedangkan di Indonesia untuk memasang delapan kamera sudah kesulitan. Sehingga penggunaan VAR tidak menyoal anggaran dan infrastruktur saja namun kompetensi.

Baca Juga: Jadwal Liga 2 Pekan Ini, Persis Solo Main Pukul 20.30 WIB

Akmal melihat belum saatnya penggunaan VAR digunakan di Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam sepak bola Indonesia dirasa belum mampu mulai dari maintenance hingga pemahaman. Ia khawatir jika VAR salah digunakan, justru wasit yang kembali menjadi sasaran.

“Pilihan paling rasional saat ini adalah pembenahan wasit. Jangan lagi ada wasit titipan, wasit arisan, dan wasit bagi hasil. PSSI dan LIB harus bongkar mafia wasit dulu sebelum bicara VAR,” tegas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya