SOLOPOS.COM - Guru-guru bahasa daerah se-Jawa Tengah mengikuti kegiatan dalam Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Dasar dan Menengah Provinsi Jawa Tengah di Lorin Hotel Solo, Selasa (14/9/2021). (Solopos/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, SOLO — Bahasa Jawa masuk kategori rentan dalam penggunaan oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah menjadi ujung tombak dalam mempertahankan eksistensi bahasa daerah.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Harimansyah mengatakan dari 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, 94 di antaranya telah dikaji daya hidupnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dari 94 bahasa tersebut, 21 di antaranya masuk kategori terancam punah, kritis, dan terancam. Menurutnya, bahasa Jawa termasuk dalam kategori rentan dalam penggunaan sehari-hari.

Baca Juga: Hore, Bioskop Kota Solo Sudah Boleh Buka Lur!

“Menurut penelitian kami dari 718 bahasa daerah di Indonesia, yang kami petakan baru 94 yang kami kaji vitalitasnya. Dari 94 itu, 21 bahasa daerah dalam kategori kritis, terancam punah, dan rentan. Bahasa Jawa itu masuk dalam kategori rentan,” ujarnya di sela-sela acara Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Dasar dan Menengah, Provisi Jawa Tengah di Lorin Hotel Solo, Selasa (14/9/2021).

Untuk itu Balai Bahasa mendorong sekolah sebagai salah satu benteng pertahanan penggunaan bahasa daerah untuk melakukan upaya, khususnya sekolah di Jawa Tengah. Di antaranya lewat diseminasi dengan sasaran para guru bahasa daerah.

“Kami fokus ke pembelajaran bahasa Jawa di sekolah. Ini juga dilatarbelakangi adanya usulan pembelajaran bahasa sebagai isu yang lama tidak ditangani. Banyak gurunya jarang diberi pelatihan, dan pemerintah daerah yang kurang perhatian,” imbuhnya.

Baca Juga: Siap-Siap Mahasiswa, PTM di Unisri Solo Dimulai Oktober 2021

Sementara itu, Peneliti Ahli Madya Sastra Interdisipliner Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Ery Agus Kurnianto, menambahkan diseminasi ini juga merupakan bagian dari perlindungan bahasa dan sastra, khususnya Jawa Tengah.

Meramu Metode

“Penelitian di Balai pada 2019 di mana sampelnya ada delapan kabupaten/kota menunjukkan posisi bahasa Jawa rentan. Kalau dibiarkan, beralih lebih buruk. Sehingga perlu upaya khususnya melalui sekolah,” ujar Ery yang menjadi ketua pelaksana kegiatan ini.

Menurutnya, diseminasi selama empat hari yakni Senin-Kamis (13-16/9/2021) ini akan meramu metode, teknik, dan media yang mendukung pembelajaran di sekolah agar menarik perhatian anak-anak dalam belajar penggunaan bahasa Jawa.

Baca Juga: Keras! Begini Komentar Pengusung Eks Rival soal Gibran Maju Pilkada DKI Jakarta

“Kegiatan mencoba kembalikan bahasa Jawa dengan pembelajaran berbasis sekolah, karena sekolah ujung tombak mempertahankan bahasa daerah, selain keluarga dan masyarakat,” ujarnya.

Ia menambahkan acara ini diikuti peserta dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, masing-masing empat orang yakni dua guru SD, MGMP Bahasa Daerah, dan guru Bahasa Bahasa Daerah SMP.

“Kita mencetak guru master yang akan menyebarkan ilmunya kepada guru lain di daerahnya. Muara kegiatan ini ada Tunas Bahasa Ibu untuk menciptakan generasi yang cintai bahasa ibu,” imbuhnya. Peserta dibagi ke dalam empat kelas dan kegiatan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 ketat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya