SOLOPOS.COM - Pendiri Yayasan Diwa Center, Diah Warih Anjari (kiri), menyurvei kondisi RW 017 Kampung Bibis Kulon, Gilingan, Banjarsari, Solo, yang masih terdapat kawasan kumuh, Minggu (7/11/2021). (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Sekira 45 warga RT 001/RW 017 Bibis Kulon, Gilingan, Banjarsari, Solo, harus antre di fasilitas mandi cuci kakus atau MCK umum setiap pagi lantaran tak memiliki WC atau jamban pribadi. Namun, mereka tidak antre dengan cara menunggu di MCK umum karena lokasi rumah mereka dekat dengan fasilitas tersebut.

“Antrenya tidak berkumpul berdesak-desakan di lokasi, tapi karena rumahnya dekat ya mereka memantau MCK masih ramai atau sudah sepi dari rumah,” ujar Ketua RT 001/RW 017 Bibis Kulon, Dwi Prayitno, Minggu (7/11/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia menjelaskan aktivitas bergantian buang hajat di MCK umum biasanya terjadi sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. Menurut Dwi, aktivitas seperti itu sudah berlangsung sangat lama. “Jadi dari total 60 rumah di wilayah RT 001 ada 20 rumah yang tidak punya MCK pribadi. Mereka yang selama ini bergantian buang hajat di MCK itu,” terangnya.

Baca Juga: Susahnya Menerapkan Aturan Antarjemput Sekolah Selama PTM di Kota Solo

Dwi berharap Pemkot Solo bisa segera membantu pembuatan IPAL komunal yang bisa dimanfaatkan warga yang selama ini bergantung kepada MCK umum. “Kalau ada IPAL komunal kan warga bisa membuat MCK di rumah masing-masing untuk disambungkan ke IPAL. Opsi lainnya membangun MCK umum yang ada yang kini kondisinya kumuh,” urainya.

Sebab sejak dibangun tahun 1990-an MCK tersebut belum pernah direnovasi. Sedangkan Ketua RT 005/RW 017 Bibis Kulon, Gilingan, Tulus Wibowo, berharap adanya pengembangan potensi berupa Sendang Mbah Meyek.

Tempat yang mempunyai nilai sejarah itu merupakan salah satu potensi yang dimiliki warga RW 017 Bibis Kulon, tapi tak tergarap dengan baik. “Yang saya harapkan ke depan, tempat ini menjadi edukasi, bisa menjadikan pendapatan tambah bagi masyarakat sekitar. Dengan tidak mengurangi kesakralannya,” katanya.

Baca Juga: Bangun Kepagian dan Capai Jadi Penyebab Wamenparekraf Pingsan di Solo

Membenahi Lingkungan

Dengan berbagai kondisi tersebut, Dwi dan Tulus berusaha menggandeng Yayasan Diwa Center yang berkantor di Bibis Kulon untuk andil menata dan membenahi lingkungan mereka. Untuk itu Dwi dan Tulus pada Minggu sore mengajak Pendiri Diwa Center, Diah Warih Anjari, berkeliling melihat kondisi tersebut.

“Kami berkomitmen untuk dapat berkontribusi positif bagi masyarakat sekitar. Salah satu yang menarik keberadaan Sendang Mbah Meyek yang tiap tahunnya ada kegiatan tradisi adat budaya,” terangnya.

Baca Juga: Tersangka Kasus Menwa UNS Solo, Baru Diwisuda Langsung Terancam Penjara

Warih bertekad membantu pengembangan Sendang Mbah Meyek agar bisa memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat. Yang tidak kalah penting menurutnya menata dan membenahi kawasan kumuh di RW 017 Bibis Kulon. “Dengan banyaknya jaringan kami, Yayasan Diwa Center akan berusaha agar lingkungan ini segera ditata,” tambahnya.

Warih melihat Kampung Bibis Kulon sangat potensial dikembangkan lantaran berada sangat dekat dengan lokasi Masjid Agung Sheikh Zayed Abu Dhabi yang sedang dikerjakan. Ia meyakini keberadaan masjid agung itu akan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. “Artinya penataan kampung harus segera dilakukan,” imbuhnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya