SOLOPOS.COM - Kondisi kios Pasar Janglot, Kecamatan Tangen, Sragen, yang terbakar pada Minggu (26/9/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Mayoritas pasar tradisional di Kabupaten Sragen karena belum memenuhi standar pasar berstandar nasional Indonesia (SNI). Akibatnya, pasar-pasar itu rawan dilanda musibah kebakaran.

Ironisnya, pasar besar sekelas Pasar Kota Sragen, Pasar Gemolong, dan Pasar Gondang termasuk belum memenuhi SNI. Hanya pasar yang direvitalisasi sejak 2015 sampai sekarang yang sudah sesuai SNI.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kabid Penataan Pasar Bunder Sragen, Tommy Isharyanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (27/9/2021), pasar yang sudah ber-SNI maka dalam penanganan musibah kebakaran lebih cepat karena jalur evakuasi jelas dan fasilitas pendukung seperti alat pemadam api ringan (APAR), hidran air, dan instalasi listrik yang sesuai standar, lengkap.

“Hampir semua pasar di Sragen belum memiliki fasilitas sesuai SNI, seperti Pasar Gondang, Pasar Gemolong, Pasar Nglangon, Pasar Sukodono, Pasar Kota Sragen, dan seterusnya. Pasar-pasar tersebut belum direvitalisasi sesuai SNI. Di Sragen ada 47 pasar tradisional, mayoritas masih berpotensi terjadi kebakaran,” katanya.

Baca juga: Sebelum Terbakar, Pasar Janglot Sragen Pernah Hampir Direvitalisasi

Tommy menerangkan ada sejumlah pasar yang direvitalisasi sesuai SNI sejak 2015, seperti Pasar Blimbing, Pasar Masaran, Pasar Sumberlawang, Pasar Plupuh, Pasar Rejowinangun Kadipiro, Pasar Jatitengah, Pasar Tunggul, Pasar Gonggang Karangudi, dan Pasar Bunder.

Lebih lanjut, untuk antisipasi potensi kebakaran itu, Tommy mengimbau kepada pedagang supaya lebih berhati-hati dan bila memungkinkan dilakukan simulasi kebakaran pasar agar pedagang bisa memahami.

Tak Memungkinkan Perbaikan

Dia menyampaikan instalasi listrik yang tidak standar yang sering menjadi masalah dan memicu terjadinya korsleting. Dia mengatakan dengan instalasi yang semrawut tidak memungkinkan untuk perbaikan.

“SNI itu bisa diupayakan lewat bantuan dana dari pusat atau dari APBD kabupaten dengan mengacu pada pedoman pasar SNI. Bila fasilitas SNI diterapkan memang akan berdampak pada luasan pasar sehingga dibutuhkan persepsi dan pemahaman yang sama antar pedagang,” jelasnya.

Baca juga: Gara-Gara Sakit Hati, Pria Sragen Nekat Bakar Mobil Tetangga

Tommy melihat ada sesuatu yang salah dalam pemanfaatan los di pasar. Dia mengatakan los berfungsi sebagai tempat display bukan tempat simpan dagangan.

Dia mengungkapkan fakta hampir semua pedagang los menutupnya dan seolah berbentuk kios, bahkan ada yang menutup dengan pintu besi (rolling door). Tommy tertantang untuk mengubah mind set pedagang bahwa pasar berlabel SNI itu penting untuk keselamatan pedagang.

“Selain fasilitas itu, setiap pasar biasanya sudah ada penjaga malam atau pam swakarsa,” ujarnya.

Anggota Komisi II DPRD Sragen Sri Pambudi menyampaikan pembangunan Pasar Janglot yang terbakar kemungkinan besar diajukan di APBD 2022.

“Kebutuhan fasilitas sesuai SNI itu penting tetapi sering kali dihadapkan pada kemampuan anggaran. Ketika alokasi anggaran tidak memadai maka dibutuhkan kegiatan dengan skala prioritas, mengingat di Sragen ada 47 unit pasar tradisional. Seperti kasus di Pasar Janglot itu yang diperlukan sekarang pasar daruratnya dimana?” katanya.

Baca juga: 4 Jam Api Membara, Puluhan Los-Kios Pasar Janglot Sragen Jadi Arang

Pambudi, sapaannya, menyampaikan usulan prioritas kegiatan itu memang harus dari awal pembahasan APBD karena dalam Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD) tidak memungkinkan untuk memasukan anggaran yang sifatnya mendadak atau tiba-tiba.

“Sistem itu hanya merespons perencanaan anggaran dari awal. Meskipun sifatnya darurat, SIPD tetap tidak memungkinkan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya