SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sawah seluas enam hektare di wilayah Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, gagal panen alias puso. Hal ini dipengaruhi minimnya pasokan air ke lahan pertanian tersebut saat musim kemarau.

Kepala Bidang (Kabid) Pertanian Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo, Hadi Purnomo, mengatakan lahan pertanian yang puso di wilayah Tawangsari dan Sukoharjo masing-masing seluas tiga hektare. Tanaman padi gagal dipanen lantaran membutuhkan pasokan air cukup banyak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Penyebab lahan pertanian gagal panen karena minimnya pasokan air ke lahan pertanian. Saat musim kemarau, sumber air seperti bendungan dan sungai menyusut. Padahal, tanaman padi berumur satu bulan-1,5 bulan yang sangat membutuhkan suplai air,” katanya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (7/10/2021).

Hadi menyebut berdasarkan hasil rapat Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA), penutupan pintu saluran air Dam Colo diundur selama 10 hari dari 1 Oktober menjadi 11 Oktober. Pintu saluran air Dam Colo kembali dibuka pada 10 November.

Baca Juga: Kapolres Sukoharjo Turun Langsung Bantu Bocah Penderita Jantung Bocor

Para petani Sukoharjo diminta mengoptimalkan sumur dalam untuk memasok air ke lahan pertanian atau sawah mereka agar tidak gagal panen. Pemerintah telah menambah jumlah sumur dalam di sejumlah lokasi setiap tahun.

Saat ini, di Kabupaten Jamu ada sekitar 30 sumur. “Pemerintah telah meminjamkan mesin pompa air kepada gabungan kelompok tani [gapoktan] di masing-masing kecamatan. Mesin pompa air digunakan untuk menyedot air sumur dalam untuk mengairi lahan pertanian,” ujarnya.

Hama Tikus

Selama ini, para petani kewalahan membasmi hama tikus saat awal masa tanam (MT). Serangan hama tikus dikhawatirkan kian merajalela saat musim penghujan. Lahan pertanian yang diserang hama tikus seluas 574 hektare yang tersebar di 10 daerah.

Biasanya, tikus keluar dari lubang tanah di sekitar areal persawahan pada sore hari. Jumlahnya bisa mencapai ratusan ekor tikus. Mereka langsung merusak batang tanaman padi di areal persawahan.

Baca Juga: Emak-Emak Trangsan Sukoharjo Bikin Jamu dengan Nama Unik, Wedang Jancuk

Imbasnya, tanaman padi di sawah petani Sukoharjo yang dirusak hama tikus gagal panen. “Tikus dapat berkembang biak secara cepat saat musim penghujan. Jumlah induk tikus bisa mencapai ratusan ekor. Jika beranak bisa mencapai ribuan ekor dalam setahun,” paparnya.

Selain tikus, ada organisme pengganggu tanaman (OPT) lain yang menyerang lahan pertanian seperti wereng cokelat, hawar daun bakteri, dan penggerek batang. Lahan pertanian yang diserang wereng cokelat seluas 71 hektare, penggerek batang seluas 287 hektare dan hawar daun bakteri seluas 111 hektare.

Seorang petani asal Kelurahan Combongan, Kecamatan Sukoharjo, Sukadi, mengatakan telah melakukan berbagai upaya untuk membasmi tikus. Misalnya, memberi umpan berupa makanan yang diberi racun atau melakukan geropyokan tikus yang dilakukan para petani.

Namun upaya itu tak mengurangi serangan hama tikus di lahan pertanian. Saat ini, para petani mengoptimalkan burung hantu guna mengendalikan hama tikus yang menyerang lahan pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya