SOLOPOS.COM - Seorang warga melihat-lihat kondisi nisan kayu yang digunakan di kompleks permakaman umum Bendrong Geni di Dukuh/Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, Rabu (3/11/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Warga Dukuh Celep, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, Suyadi, juga menceritakan soal keunikan permakaman umum Mbah Bendrong Geni, lokasi ditemukannya tujuh koin Belanda. Di permakaman itu, nyaris tidak ada nisan yang terbuat dari batu atau cor-coran semen.

Hampir semua makam di permakaman Mbah Bendrong Geni terbuat dari kayu yang dibuat segi empat mengelilingi makam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Dulu pernah ada yang menggunakan nisan batu, tetapi hilang. Dengan kejadian itu maka warga yang menguburkan jenazah di permakaman ini semua menggunakan nisan kayu,” ujar Suyadi saat menunjukkan lokasi permakaman Mbah Bendrong Geni, Rabu (3/11/2021).  Ia tak menjelaskan kenapa nisan batu hilang.

Suyadi mengatakan di permakaman itu terdapat pula dua pohon randu alas berukuran besar dengan diamter sampai dua meter. Ia menyebut usia pohon itu sudah ratusan tahun.

Baca Juga: Warga Kedawung Temukan 7 Mata Uang Belanda di Makam Mbah Bendrong Geni

Salah seorang sesepuh Dukuh Celep, Mbah Riyadi, 81, mengaku tak tahu siapa sosok Bendrong Geni  itu. Selama ini, Mbah Riyadi belum pernah mendengar cerita dari simbah-simbahnya tentang Bendrong Geni.

“Anehnya, nama Bendrong Geni itu digunakan untuk nama jembatan, nama jalan alternatif penghubung Jirapan-Tanjung, Jambangan. Soal penemuan koin peninggalan Belanda itu juga tidak tahu. Mungkin ada kaitannya dengan bendungan yang dibangun Belanda pada 1924 itu, ya Kedung Gawe,” jelas Riyadi.

Mbah Sedo

Ia malah justru sedikit mengetahui cerita tentang tokoh Mbah Sedo yang makamnya berada di seberang anak Sungai Mungkung. Dia mengatakan Mbah Sedo itu diduga masih kerabat dengan Paku Buwono II yang melarikan diri ke Sukowati saat geger Pecinan di Keraton Kartasura.

“Simbah saya itu, Mbah Tirto Menggolo, itu dulu juru kunci makam Mbah Sedo pada zaman Belanda. Saat itu pernah ada bukunya tetapi buku itu sudah diminta keraton,” ujarnya.

Suyadi menyampaikan di wilayah Desa Celep ini juga ada Pabrik Serat Nanas yang dikelola Belanda. Bahkan ada permukiman orang Belanda pada kala itu. Suyadi masih ingat sering ada orang dari Belanda pernah napak tilas ke lokasi itu. Pabrik Serat Nanas itu di Dukuh Purworejo, Celep.

Baca Juga: Kisah Warga Korban Tanah Amblas di Tanon Sragen, Rumah Anjlok 10 Meter

Sebelumnya diberitakan, Seorang warga Dukuh Celep, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, Suyadi, 60, menyimpan tujuh keping mata uang peninggalan zaman kolonial Belanda. Yang menarik dari kisah uang kuno itu adalah proses penemuannya.

Saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Rabu (3/11/2021), Suyadi mengaku menemukan koin-koin itu saat usianya masih 18 tahun. Koin Belanda itu ia temukan saat menyaksikan penggalian makam di tempat permakaman umum Mbah Bendrong Beni di desa setempat.

“Mata uang peninggalan kolonial itu saya temukan saat saya masih SMA, kira-kira berumur 18 tahun. Saat itu saya menyaksikan warga yang menggali kubur di tempat permakaman umum Mbah Bendrong Geni. Saat itu banyak ditemukan mata uang kolonial, dan kebetulan saya menyimpan sampai sekarang. Hanya ada tujuh keping. Warga lain dulu juga menemukan tetapi tidak tahu sekarang,” tutur Suyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya