SOLOPOS.COM - Pandai besi di Desa Segaran, Delanggu, Klaten, memipihkan besi dengan mesin tempa di salah satu besalen, Senin (13/9/2021). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Klaten, sejak dahulu dikenal sebagai gudangnya pandai besi yang menghasilkan aneka produk seperti arit, golok, serta cangkul. Namun kini pandai besi di desa itu terkendala regenerasi.

Jumlah besalen, bengkel pandai besi, juga berkurang seiring umur para perajin yang sudah memasuki usia lanjut. Untuk diketahui, sentra pandai besi Segaran berada di Dukuh Sorotakan Ngledok dimana saat ini masih ada sekitar 30 pandai besi yang rutin berkarya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu perajin di Segaran, Yono, 80, mengatakan secara turun temurun warga menjadi pandai besi. Yono sendiri sudah menjadi pandai besi sejak SD dengan ilmu menempa besi yang diturunkan dari orang tuanya.

Baca juga: Belum Ketemu, Ini Penampilan Terakhir Perempuan Juwiring Klaten Sebelum Hilang

Yono menjadi pandai besi sejak Indonesia belum merdeka. Dia masih mengingat warga di desanya diminta tentara Jepang untuk membuatkan samurai. Di sela pembuatan samurai itu, warga kerap memanfaatkan sebagian bahan baku yakni baja bekas rel kereta api untuk membuat arit.

“Saya memanfaatkan sebagian bahan baku untuk membuat arit. Saya jual sendiri biar dapat hasil,” kata Yono saat ditemui di rumahnya, Senin (13/9/2021).

Yono mengatakan pada masa lampau hampir di setiap rumah terdapat besalen. Namun, jumlah besalen kian berkurang seiring bertambahnya usia para perajin.

Pandai besi di Desa Segaran, Delanggu, Klaten, menunjukkan arit yang diproduksi
Pandai besi di Desa Segaran, Delanggu, Klaten, menunjukkan arit yang diproduksi, Senin (13/9/2021). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Belum lagi para perajin kesulitan untuk mencari tenaga kerja menempa logam menjadi aneka peralatan. Setidaknya, satu besalen butuh tenaga kerja sebanyak 10 orang. “Kalau kurang tenaga kerjanya, logam tidak gepeng,” kata Yono.

Kekurangan Tenaga Kerja

Yono bersyukur dia memiliki penerus untuk melanjutkan tradisi keluarganya menjadi pandai besi. Anaknya Joko Widodo, 38, meneruskan pengoperasian besalen milik Yono 15 tahun terakhir.

Yono meminta anaknya mencari siasat untuk mengatasi persoalan kekurangan tenaga kerja. Cara yang paling mungkin dilakukan yakni membeli mesin tempa.

Baca juga: Kisah Haru Joko Widodo Si Pandai Besi Klaten Ikut Vaksinasi Ditunggui Presiden Jokowi

Besalen di tempat Yono yang kini pengoperasiannya diteruskan Joko Widodo memiliki dua mesin tempa. “Dengan mesin tempa ini tenaga kerja empat orang sudah cukup,” kata Yono.

Sementara itu, Joko Widodo menjelaskan sejak kecil sudah diajari menjadi pandai besi. Ketertarikannya untuk tetap menjadi pandai besi ketimbang usaha lain lantaran pendapatan yang bisa diperoleh.

“Saya kerap ikut bapak jualan di pasar kok mayir men [sangat mudah]. Lama kelamaan saya tertarik,” kata Joko.

Baca juga: Pernah Sumbang Kasus Tertinggi, Jogonalan Klaten Kini Terbebas dari Covid-19

Joko bisa membuat arit sebanyak 100 biji per hari. Soal pemasaran selama masa pandemi Covid-19, dia mengaku sangat berdampak terhadap pendapatan yang turun hingga 50 persen. Namun, Joko Widodo memilih tak mengurangi jumlah arit yang dia produksi setiap harinya.

Sekretaris Desa Segaran, Munadi, mengatakan regenerasi pandai besi menjadi kendala di Segaran. Dia mengatakan saat ini ada 30an pandai besi di wilayah Dukuh Sorotakan Ngledok.

Harga Mesin Tak Murah

Tak banyak pandai besi berusia muda. Joko Widodo kini menjadi perajin paling muda di Segaran. “Agar usaha tetap berjalan, harus mulai beralih dari tempa secara manual ke mesin,” kata Munadi.

Hanya saja, harga mesin tempa tak murah. Munadi mengatakan satu mesin tempa seharga Rp70 juta. Belum lagi biaya pengoperasian tinggi lantaran membutuhkan listrik. Lantaran hal itu Munadi berharap ada bantuan ke para perajin bisa beralih menggunakan mesin tempa.

Munadi mengatakan selama ini pemasaran arit asal Segaran sudah merambah ke berbagai daerah seperti Kalimantan, Sumatra, serta Sulawesi. Harga arit beragam dengan nominal mulai Rp30.000 hingga ratusan ribu rupiah.

Baca juga: Blusukan ke Delanggu Klaten, Jokowi Borong Intip dan Bagi-Bagi Uang

Soal keunggulan arit bikinan warga Segaran, Munadi mengatakan kualitas arit lebih kuat serta mata arit mudah untuk ditajamkan. Arit bikinan warga Segaran menggunakan campuran besi serta baja.

Bahan-bahan itu diperoleh warga dari tempat rosok termasuk baja merupakan bekas rel kereta api. “Kalau bahan baku sampai sekarang saya rasa tidak kesulitan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya